Pages

Thursday, June 3, 2010

Matahari di Negeri Malam 1

Cerita ini dimulai dengan warna hitam...
Kenapa hitam?
Karena memang itulah warna yang mendominasi Negri ini, Negri Malam.

Negri ini tidak memiliki siang, langit selalu seragam tiap saatnya, tanpa cahaya...
Tidak ada yang berbeda pada kehidupan rakyat disana, mereka memiliki ritme tersendiri saat bekerja.
Dengan bantuan kunang-kunang, negri yang gelap itu mendapat sedikit bumbu terang walau tidak benderang.

*

Saat itu didalam gelap terjadi suatu kegemparan. Dua kelompok rakyat saling mencukil darah masing-masing lawan. Dengan kunang-kunang dalam botol plastik yang di ikat di kepala, mereka memperebutkan satu-satunya hutan yang diyakini masih menyimpan sisa kunang-kunang.

Ya, Negri alam seakan sedang diujung tombak, kunang-kunang semakin langka karena terus diburu.
Kini mereka semakin jarang dan sulit ditemui. Hal ini memancing kepanikan warga karena harga kunang-kunang di pasaran melonjak naik sedangkan penghasilan warga merosot diakibatkan kesulitan bekerja karena kekurangan cahaya. Kini rakyat pun haus akan kunang-kunang, apapun akan mereka lakukan untuk mendapatkannya...

*

Di bawah langit hitam dalam udara dingin yang menusuk, seorang wanita sedang bertarung menghadapi maut demi memberikan 1 nyawa baru. Perempuan muda itu menjalani proses persalinan seorang diri dan hanya ditemani oleh seorang perepuan tua yang dikenal sebagai pembantu kelahiran. Suaminya tercinta telah gugur menjadi salah satu korban dalam perang perebutan kunang-kunang yang membuat wanita cantik yang sedang hamil tua ini geram dan mengutuk Negri Malam!

Kini perjuangannya telah mencapai titik akhir. Suara tangis seorang bayi akhirnya pecah juga, dan suara tangis bayi penghuni baru dunia itu menjadi penutup kerja telinganya. Dia pun pergi menyusul lelaki tercintanya, ke alam keabadian dan meninggalkan bayi tak berdosa itu sendirian.
Melihat pasiennya sudah kehilangan nafas, bidan tua itupun kembali menatap bayi yang sedang menangis keras dengan tangan menggemgam.
Didekatilah bayi laki-laki yang terlihat sehat itu, seketika saat genggaman tangannya terbuka, sebercah cahaya memancar dari kedua tangan bayi tersebut!

Bidan tua pun terkejut dan langsung menatap sekelilingnya. Setelah memastikan tidak ada satu orangpun yang melihatnya, ia pun langsung membalut bayi mungil itu dengan selimut dan membawanya pulang.....

*

Sebuah Rumah yang dulu renyot dengan bau mayat binatang kini perlahan berganti menjadi rumah yang lebih kokoh, dengan kaca-kaca terang yang mengantung di setiap sudut. Menjadikan rumah tersebut menjadi rumah paling benderang di negri malam.
Tidak sedikit warga yang mengantri di depan garasi rumah dimana tempat itu juga dijadikan sebagai kios "CAHAYA". Pemiliknya adalah pasangan suami istri yang sudah mulai semakin tua.

Mereka menjual bola-bola kaca semacam kelereng dengan variasi ukuran dengan mengeluarkan cahaya yang tahan hingga 2 bulan. Barang itu sangat diminati warga apalagi sejak semakin memunahnya kunang-kunang di negri itu. Hidup mereka pun sekarang menjadi 360 derajat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Sang suami tidak perlu menjadi pengrajin kaca miskin yang menjual bola-bola kaca untuk dijadikan mainan anak-anak atau hiasan. Dan sang istri tidak perlu lagi menjadi bidan keliling untuk membantu persalinan. Mereka telah kaya, bahkan dapat masuk dalam jajaran orang terkaya di Negri itu.... Negri Malam.


*

Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun duduk dipojok ruangan. Gelap yang pekat menyelimutinya. Kulitnya yang putih terbungkus kemeja lusuh abu-abu dan celana coklat. matanya kosong, dia tidak sedang berusaha menangkap bayangan, atau memfokuskan penglihatan pada apapun. Dia hanya tidak tau secara pasti siapa dirinya yang utuh? Topi pet coklat yang bertengger di atas kepalanya pun kini dia lepaskan. Hingga kedua tangannya kini terpangku oleh kedua lututnya yang dia tekuk. Punggungnya masih nyaman bersender di dinding. Kini kepala nya pun menyusul, menuju dinding dan sedikit mendangak, menahan agar air mata tidak perlu datang. karena dia hanya ingin sendirian.

Kembali dia tatap kedua telapaknya yang terbungkus sarung tangan. Dilepaskannya dan seketika pada bola mata hitamnya terpantul gambar kedua telapaknya yang bercahaya. Digerak-gerakannya dan cahaya itu terus terang dan semakin benderang. Perasaannya kini tercampur aduk, bahagia bermain sendiri dengan telapaknya, sedih karena berbeda, terasing, dan perasaan-perasaan ambigu lainnya. Absurt....terlalui absurt.

BRAAAAAAAAAAAAKkKKK dalam sekejad suara pintu terbuka

"HARI!! jangan terus bermain-main dengan telapakmu. Ini kardus terakhir untuk hari ini. Jika kau selesaikan lebih cepat, maka kamu boleh ikut Ayah jalan ke pasar untuk membeli kaca-kaca baru" kata perempuan tua dengan baju terusan sebatas betis bercorak bunga-bunga sambil menyerahkan satu kardus berisi bulatan-bulatan kaca.

"Iya Ibu, tapi setelah itu aku benar akan diajak ayah keluar rumah?" tanya Hari kecil dengan bolamata berbinar.

Wanita tua itu kini mendekati lelaki kecil yang sedang menyimpan harapan
"Iya nak. Tapi ingat, kamu tidak boleh nakal. Jangan sekali-kali kamu lepaskan sarung tanganmu dan membiarkan orang lain melihat telapakmu. nanti mereka akan segera menangkapmu dan memasukan kamu ke penjara. Ibu harus melindungi kamu, kau tidak mau kan masuk penjara bersama orang-orang jahat?"

"Tidak bu, aku tidak mauu" jawab Hari cepat.

"Bagus, kalau begitu turuti ibu. Hanya Ayah dan Ibu yang dapat membantumu. Sekarang kau chayakan kaca-kaca ini dan Ibu akan membuatkan coklat panas untukmu" dan mantan bidan itupun berdiri dan kembali menutup pintu setelah dia keluar dari ruangan.

Kini Hari kecil mengambil sebongkah kaca yang ada didalam kardus lalu menggenggamnya, seketika cahaya dari telapak Harry seakan berpindah menuju bongkahan kaca tersebut, dan begitu terus selanjutnya hingga kaca-kaca berikutnya.

Bocah kecil itu terus melakukannya berulang-ulang hanya demi sebuah keselamatan. Dia tau dia berbeda, dan dia hanya ingin kesamaan dan rasa aman. Dia tidak ingin menghabisi waktunya di penjara bersama orang-orang jahat. Meski dia belum menemukan logikanya, apakah dilahirkan berbeda adalah suatu kejahatan?

******

Tolong...




Jangan Hadirkan aku, dimimpimu malam ini...

Aku beri kamu belati,
Tolong, bunuh aku di otakmu..



Tertanda,

Aku yang sekarat di ego-mu.