Pages

Sunday, October 24, 2010

Aku belajar berdamai dengan diri sendiri agar dapat berdamai dengan kamu...

Monday, October 18, 2010

Satu Sama :)

Aku coba sekali lagi tersenyum pada dia disana tapi hasilnya sama : BUANG MUKA!

Ok, tidak masalah.

Perlahan aku menyapu pandang ke seluruh sudut ruangan. Suara tawa dan basa-basi para tamu undangan menyesakan telinga. Sepiring kambing guling dipalang lebih dari sepuluh tubuh untuk sampai dimulut, karenanya sekarang segelas cairan tanpa warna terpeluk erat oleh kelima jari kiriku, sedang tangan kanan sibuk menari diatas abjad-abjad ponsel.

"Iya, aku juga masih di tempat kawinan temen" jawabku untuk sebuah "PING" histeris yang dari tadi menyerang blackberry-ku.

"Aku bete nih disini, ada perempuan menjijikan. Males banget deh!!!" jawabnya tak sampai satu menit dari pesanku sebelumnya.

"Yaudah, kamu santai aja. Udah makan?" tanyaku perhatian

"Semua makanan udah aku makan, kalo bisa si Chevana pecun itu juga aku makan!" balasnya.

"Eh, jangan gitu dong sayang. Sabar, kamu pasti cantik kalo ga marah-marah. Talk to you later ya, mau foto alumni SMA nih" kataku sambil berbohong.

"Ok, tapi nanti abis kamu pulang dari kawinan, kita YM-an ya sayaaaanng. Aku kangen buanget sama pacarkuuu, cinta banget sama kamuuu!" begitu kira-kira balasnya dengan kata yang menurutku "lebayatun" Tsk.

Hari ini, aku sengaja menginjakkan kaki ke tempat yang sebenarnya malas kuinjak setengah mati. Disini semua orang tertawa, dari mulai kedua mempelai yang katanya berbahagia, sampai para undangan ( lagi-lagi katanya ) merasakan hal yang sama. Jika itu semua benar, berarti akulah satu-satunya orang dalam ruangan penuh bunga ini yang ingin menangis. Kalau perlu aku ingin meraung-raung sambil membanting semua barang yang ada.Tapi hal itu tak mungkin ku lakukan, karena bila itu terjadi berarti Rumah Sakit Jiwa akan segera menjadi rumah masa depan.

Sebenarnya kantung mataku ini sudah mau pecah, tidak mampu lagi menahan luapan air yang sebentar lagi tumpah. Pelaminan itu seharusnya singgasanaku sekarang. Tawa itu milikku!!!!!! seharusnya.....

*

Ruangan ini tidak berisik, tidak banyak suara. Disini kukira tempat yang paling aman untuk air mata sementara, sampai akhirnya kudengar suara "flush" dari salah satu pintu toilet. Segera kubersihkan sisa-sisa airmata yang tadi tumpah. Malu, ini pesta pernikahan, bukan pemakaman. Meski bagikuku Kebahagian barunya, adalah kematianku paling tragis dalam rasa.

Pintu toilet terbuka, dan ternyata wanita itu lagi.

Dia belum berubah, seperti awal paragraf kuceritakan, semanis apapun senyum kutawarkan, dia pasti mengembalikannya dengan mata yang lebih besar dari ukuran asli plus ekspresi layaknya orang mengambil nafas namun ditahan dulu sebelum dihembuskan.

Dengan hidung yang masih merah aku menatapnya. Dia tersenyum senang melihat sisa genangan air di mataku. Aku diam, berusaha mengatur irama nafas. Tenang...., aku harus tenang menghadapi wanita berkulit putih, berbadan tambun meski raut wajahnya (sedikit) manis.

"Masih dinangisin aja sih? Udah laki orang woy!!" katanya sambil menyisir di hadapan kaca diatas wastafel, dengan arah pandang tetap kedepan.

Aku yang disamping kirinya cuma diam menahan kesal. Wanita didepanku ini adalah perempuan yang membuat kekasihku mengucap kata "Maaf ya va, aku rasa hubungan kita ga mungkin dilanjutin. Aku ga bisa pacaran jarak jauh" dan tiga hari kemudian foto di jejaring sosialnya sudah berdampingan dengan wanita di hadapanku sekarang.

Ketika lulus kuliah, mereka berdua kembali ke ibukota dan entah kenapa wanita lulusan Universitas terkemuka di Bandung ini justru seperti mengibarkan bendera perang. Tidak bosan-bosannya melempariku dengan fitnah-fitnah, dan sikap tak bersahabat. Hingga saat mereka berdua putus, wanita ini stress tingkat tinggi hingga badannya mengembang dua kali lipat dari ukuran sebelumnya. Akhir kata, tidak satupun dari kita yang mendapatkan hati Bagas, karena wanita diatas pelaminan itulah pemenangnya...

"Kamu tuh ada masalah apa ya ras sama aku?" tanyaku dengan nada sopan

"Napeeeeee lagi lo? Muka lo tuh, masalah buat mata gue" jawabnya nyinyir

"Terus kenapa dilihat?" dengan segenap hati aku berusaha menjawab dengan tenang.

"Anjing lo!! Rebek banget sih?? Eh, lo kalo emang masih kecintaan sama Bagas ya sanaaaaa" katanya sambil menaikkan dagu "Heran gue, emang salah gue kalo lo ngebosenin terus Bagas naksir gue? Makanya muka dirawat dong. jerawat dipelihara" kata terakhirnya cukup mendidihkan emosiku.

"Memangnya kamu sempurna ya ras?" kataku sambil menahan tangis yang sebenarnya memang belum selesai.

"SETIDAKNYA GUE PUNYA PACAR" jawabnya bangga.

Aku menunduk..., sedikit ingin tertawa

*

@Larashita : Pathetic amat sih hidup lo! Mending gue pacaran sama @RomeoSudirdjo deh, kamu dmn sih sayang? Bbm aku ga di bales-bales :(

Itu up date-an terbaru dari jejaring sosial milik wanita yang satu jam lalu membuatku ingin membenamkan wajahnya di toilet.

Sejak aku tau wanita yang menghancurkan hidupku itu tergila-gila dengan situs jejaring sosial, segera aku membuat dua account. Satu atas namaku @chevana dan yang satu lagi alter ego-ku @RomeoSudirjo. Tanpa perlu usaha maksimal, @Larashita pun tunduk menjadi budak cinta Romeo tanpa harus bertemu di dunia nyata. Dan sudah satu bulan ini entah kenapa wanita itu tampak semakin tergila-gila pada sosok Romeo. Mmmmmm.... ya ya ya ya....

Lagi-lagi ponselku bergetar :

"PING"

"PING"

"PING"

"Sayaaaaaaaaaaannngggg, aku udah pulang kawinaaann. Beteeee, pengen chatting sayang-sayangan sama kamu."

"Sayaaaaaaaanngg"

"PING"

"PING"

"Kamu lagi apa sih yang"

"PING"

"PING"

Kira-kira itulah isi pesan melalui blackberry messenger yang lebih terasa sebagai "teror". Aku bosan menjadi Romeo, lebih baik jadi diri sendiri :)

"Maaf ya, aku ga ngerasa cocok sama kamu. Aku ga bisa pacaran jarang jauh. Sorry ya, bye!"

kira-kira itu pesan terakhir dari Romeo untuknya. Sebelum account itu aku hapus untuk selamanya.

************