Pages

Wednesday, April 20, 2011

Selamat dari Masa lalu


Hari ini mungkin adalah hari bahagia untuk seseorang. Apalagi dia yang bertambah satu usia dan meniupkan lilin-nya tadi malam ditemani senyum seorang gadis.

Jangan berpikir gadis itu aku. Karena wanita cantik itu adalah masa depannya, sedangkan aku perempuan dari masa lalu yang memiliki sejuta kenangan dengannya.

Disini aku tidak bicara tentang cemburu, tapi tentang rasa yang terlalu asing untuk memiliki nama atau istilah. Aku menyayanginya, jelas. Dia salah satu pria terbaik yang pernah dianugrahkan Tuhan.Tapi dulu aku terlalu tuli untuk mendengar perintah-NYA untuk memberinya cinta yang layak.

Dimulai dari kedatangan April, aku ingat lewat 5 hari dari pertengahan bulan adalah hari yang istimewa untuknya. Dia, yang telah diperintahkan Tuhan juga alam untuk memberiku pelajaran.

Aku telah lama untuk tau sekarang, kini malam minggunya tak lagi sendiri, seorang gadis cantik telah menemaninya. Begitu juga aku, yang telah diberikan lagi hadiah indah berupa kekasih yang begitu hebat. Aku yakin masing-masing dari kami bahagia. Disini aku hanya mencoba berbagi, tentang perasaan yang namanya tidak aku ketahui.

Dibuka dengan ucapan "Heeeeyyy, happy birthday!! wish u all the best" dan dibalas dengan kata "hai kamu, terima kasih" dengan nada canggung. Ya, mungkin dia masih canggung untuk kembali berkomunikasi dengan aku yang pernah membanting hatinya dari atas angkasa.

Pembicaraan kami lalu berlanjut dengan sederhana, membicarakan kehidupan sehari-hari. Dia juga bercerita kalau hari ini adalah hari istimewa bagi gadisnya karena kini resmi lulus dari kuliah. Aku bahagia, mereka sungguh pasangan dengan aura terbaik di dunia.

Rasa asing yang aku sebut-sebut itu justru saat pembicaraan mengarah ke arah "katanya mau menikah ya?" dan dia menjawab "Doain ya, InsyaAllah akhir taun atau awal taun depan". Aku merasa udara sempat bersembunyi dariku selama satu detik, dan ini bukan cemburu ( setidaknya aku kira begitu ) karena aku tau, dia sangat pantas mendapatkannya.

Selama bersamanya aku tau, jika nanti dia tersesat di Neraka, para setan disana akan segera mengusirnya. Karena dia terlalu suci untuk disiksa, disini aku hanya ingin berbagi tentang apa yang aku rasa. Sebongkah rasa bahagia yang belum aku tau takarannya, tentang seseorang yang pernah berjasa, menyambut hari istimewanya dengan dia yang bukan lagi saya.

Tanpa mengecilkan posisi siapapun disini, aku bahagia dengan sangat. Untuk dia, dan untuk kekasihku yang selalu bertangan terbuka dan membiarkan aku menghambur dalam peluknya.

Tidak ada yang lebih baik, karena hari ini, adalah yang terbaik. Masa lalu tidak mampu kita ubah, tapi masa depan selalu dapat kita perjuangkan.

Selamat Panjang umur, dan bahagia :))

Tuesday, April 19, 2011

Bertemu Ibu


Jakarta, 17 juli 2009

Kemeja putih yang dibalut jacket kulit berwarna hitam membuat penampilannya semakin terlihat gagah, sekarang dia tinggal memakai kaos kaki dan sepatu.
Setelah itu tangannya yang kurus mengambil sisir untuk menata rambut-rambut tipis yang masih klimis.
Kini dada dia busungkan, matanya tajam menusuk cermin.

Seorang gadis kurus berkulit coklat mengintipnya di balik pintu


Ayah sudah siap?”

Sudah, adik2mu sudah siap?” jawab lelaki paruh baya itu sambil mengalihkan pandangannya dari cermin.

Bima baru selesai aku mandikan, Yudha sudah siap daritadi” sahut perempuan mungil yang setengah tubuhnya tersembunyi dari balik pintu.

Bagus kalau begitu, kamu ko belum siap?

Iya, aku baru mau ganti baju

Pakai bajumu yang paling cantik ya nak” jawab sang ayah sambil menaikan resleting jacket-nya hingga leher.


*

Jakarta, 13 Mei 2009


Saya mohon pak, 1 minggu lagi pasti saya bayar!

TIDAK BISA!! Ini sudah yang ke tiga kalinya anda berjanji” seorang pria Tionghoa menaikan nada suaranya.

Saya mohon pak, saya sudah mengirim lamaran kerja. Minggu depan saya dapat jawabannya” dengan menahan tangis, pria berkumis tipis ini masih terus merajuk.

HEH, emang lo pikir di Jakarta yang ngirim surat lamaran cuman elo?? Ratusan orang jadi sarjana dalam sehari yang lagi ngirim surat lamaran. Jadi jangan berharap ketinggian!!” jawab sang pemilik kontrakan sambil mebelalakan matanya yang kecil. “Saya beri waktu 3 hari untuk beres barang2!!” pungkasnya.


*


Jakarta, 17 Juli 2009

Ayah, tempatnya bagus banget!” mata gadis yang hari ini bertambah 1 usianya berbinar melihat interior di sekelilingnya

Iya doonk,kan akhirnya ayah kita udh jadi bos!!” yudha kecil terlihat begitu bahagia, tawa tak pernah berhenti menghiasi wajahnya

Udah..udah..ayo mau pada pesen apa?

Wati bingung ayah mau makan apa, ayah aja yang pesenin” sembari sesekali membelai adik bungsunya yang masih berusia 3 tahun.

“Aku mau burger boleh ayah?” bocah berumur 7 tahun ini bertanya

Tentu boleh doonk, si bima kira2 mau makan apa ti?”

Bima paling nasi goreng aja yah,biar gampang nyuapinnya

Yaudh,pokoknya semua hari ini harus makan yang enak!!” sang ayah pun menatap satu per satu anaknya yang tampak tidak lagi bisa menghentikan senyum di wajah mereka.


*

Jakarta 18 Mei 2009

“Hallo…iya saya sendiri”

“……………………………”

Jadi permohonan saya diterima?

“……………………………….”

Kapan mulai pelatihannya?

“………………………………………………..”

Baik, besok saya kesana, terima kasih”




*

Jakarta, 17 Juli 2009

Ayaaahh, aku kenyaaaanng!!

Yaiyalah yudhaa, gimana ga kenyang, kamu makan burger segede itu trs makan mie goreng, tuh perut kamu kaya mau meletus

Yaudh wati ,gak apa-apa. Yang penting hari ini semua senang kan?” Senyum tipis terlihat sering keluar dari pria 37 tahun itu hari ini. Tubuhnya kurus, kulitnya hitam, matanya sendu dan kosong. “Sekarang ada yang mau pesen ice cream gaaaa?” lanjutnya kepada dua orang bocah dan seorang balita yang brau selesai mengunyah.

Hah,boleh ayah?

Boleh doonk, pesan sesukamu

Tak lama kemudian, seorang berkemeja putih, rok hitam selutut, dan memakai rompi hitam mendatangi meja yang sedang berpesta itu, dia membawa kue tart besar, lengkap dengan lilin 13

"Selamat ulang taun..kami ucapkan…selamat panjang umur, kita kan doakan, selamat sejahtera sehat sentaosa, selamat panjang umur, dan bahagiaaa…..tiiiiuuuuupp"

Banowati kini berusia 13 tahun setelah berhasil meniup lilinnya, masih dengan tangan menggendong bima kecil, gadis itu tidak berhenti memamerkan senyumnya
Semua memberi selamat, ciuman sayang dari sang ayah, cium tangan dari adiknya Yudha, dan tatapan lugu bima yang masih berusia 3 tahun.


Anak-anak apa kalian bahagia?

Ayah, hari ini adalah hari paling membahagiakan seumur hidupku!” yudha menjawab dengan riang.

Banowati, apa yang kau inginkan di hari ulang taunmu?

Aku ingin ibu ikut merayakannya, aku ingin ibu juga mencoba daging sapi yang tadi kumakan

OK, kalo begitu sekarang semua tutup mata dan bayangkan kita semua sedang bersama ibu, ayah hitung ya

1



2



3










------------DUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUAAAAAAAAAAAAAAAAAAARRRRRR--------------


*

Jakarta, 16 Juli 2009


Tanah itu begitu lapang, hanya gudukan2 berisi tulang tanpa nyawa bersemayam.
Hari ini begitu gelap untuk hatinya…hati seorang pria yang bersimpuh pada 1 nisan

Istriku, ak mungkin belum sempat menjadi suami yang baik untukmu.Aku bahkan belum sempat membelikanmu perhiasan emas. Aku juga belum menjadi ayah yang baik, karena aku tidak bisa menyekolahkan anak-anakku. Memberi mereka makanpun rasanya semakin sulit, aku seakan tak mampu membuat mereka bahagia.
Dengan kondisi yang terus menerus begini, aku hanya menambah “aku-aku” di masa depan. Dan aku tak ingin anak2ku mengalami apa yang aku rasakan, yang kita rasakan. Maafkan atas keputusanku, aku hanya ingin mereka merasakan bahagia setidaknya 1x dalam hidupnya




*



Bom meledak di Hotel X pada pukul 12 siang, terhitung 15 orang meninggal dunia, 27 orang dalam luka parah, dan puluhan orang mengalami luka ringan…



**

Thursday, April 14, 2011

Malaikat Bukan Kamu


Ada rindu yang ingin aku pecahkan hari ini...

Tempat ini mengandung begitu banyak kenangan yang belum mampu aku singkirkan.
Kemeja berkantung satu dengan tulisan OSIS didada ini adalah salah satu baju paling indah sekaligus paling na'as, dimana aku menanam sesal yang begitu menyesak hingga dadaku robek lalu nafasku berhamburan hingga sekarang.

Aku berdiri tepat dibawah pohon rindang dimana hampir 4 tahun yang lalu, aku mengubur harapan. Ada rasa kalut yang terlalu bertubi-tubi sejak kembali menginjak tempat ini.

Aku pengecut, dulu. Akan kuperbaiki, hari ini!

"Kamu mau diam sampai kapan? Aku tidak memberimu banyak waktu". Suatu suara membuyarkan semua lamunan, tentang aku, kamu, dan kita dulu.

"Iya tunggu, waktu istirahat saja belum tiba. Kita tunggu sampai bel berbunyi" jawabku setengah kesal pada satu sosok yang tak ku tau namanya.


*


Apalah arti sebuah nama, mungkin adalah pribahasa paling tepat untuk mahluk yang sedang bersamaku saat ini. Dengan tiba-tiba, dia muncul tadi malam tanpa undangan dan berkata kedatangannya itu perintah.

Aku sempat membaca ayat kursi dan semua ayat-ayat suci yang kuhafal, tapi mahluk itu tetap diam tak bergeming selagi aku komat-kamit tak karuan. Tanpa komando dari siapapun, aku pingsan. Setelah aku mendapatkan kembali kesadaran dengan kepala yang masih berkunang-kunang, sosok itu masih saja ada dihadapanku. Kali ini dia bersuara,

"Mau kamu pingsan 100 kali pun saya tetap ada disini" begitu katanya.

Baiklah kalau memang dia bisa diajak berkomunikasi, aku tidak usah pingsan.

"Kamu siapa?" tanyaku ulang

".........."

"Baik. saya ganti pertanyaannya, kamu apa?" kataku sekali lagi.

".........."

Baiklah, mahluk ini cukup membuatku kesal. Dari 2 pertanyaan yang aku lontarkan, dia hanya diam mematung dengan muka yang menyebalkan.

"Kamu mau ngapain?" tanyaku dengan emosi yang sedikit membuncit.

"Menjemputmu" jawabnya singkat dengan muka datar.

"Enak aja. Kamu pikir saya takut ya sama mahluk-mahluk kaya situ" kataku seraya mengacungkan sapu yang aku ambil tepat disebelah tempat tidur. "Siapa yang nyuruh kamu?" lagi-lagi aku bertanya membabi buta.

"TUHAN"

".........." kali ini aku yang diam. Aku tak punya sedikitpun kekuatan untuk mengeluarkan suara apalagi serangan. Perlahan jari-jari yang tadi menggenggam sapu dengan begitu kuat mengendur.


*


Singkat cerita, setelah aku bernegosiasi dengan mahluk aneh yang tidak menyebut namanya itu, aku diberi 1 kesempatan untuk melaksanakan apa yang ingin aku selesaikan. Karena itu aku di izinkan untuk meminta 1 permohonan, tadinya aku sempat menawar 3, tapi dengan dalih dia bukan "om jin" maka bahkan untuk bertemu di angka 2 saja dia tidak mau.

Baik, dengan 1 permintaan terakhir, akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke masa 4 tahun lalu. Dimana karena satu perbuatan, selama ini aku menimang penyesalan.

Adalah Naniek, cinta pertamaku yang belum mampu aku usir dari kepala. Dia terlalu indah untuk dilupa, dan aku terlalu bodoh untuk mendapatkannya. Ketakutan akan ditolak, minder, dan lain-lain membuat aku gigit jari selama 4 tahun.

Sampai detik ini, aku belum mempunyai kekasih sedangkan Naniek telah menikah, dan bukan denganku pastinya.

Melihat Naniek di jejaring pertemanan dunia maya membuat aku selalu ingat akan senyumnya, belum berubah, hanya sekarang dia tersenyum berdua, dengan pasangannya.

Aku selalu yakin, jika denganku, senyum Naniek pasti akan lebih indah dari itu. Akulah pria yang dapat membuat Naniek menjadi perempuan paling cantik di dunia, hanya saja belum pernah aku ucap langsung dihadapannya.

Sebelum aku mati, aku telah meminta 1 permohonan terakhir. Aku ingin kembali ke masa lalu. Bertemu dengan aku yang dulu. Aku ingin "aku di jaman dulu tau" kalau aku dijaman sekarang hidup tersiksa, karena tidak mampu bersuara.

Aku ingin mendorongnya untuk memberikan sebait puisi cinta yang aku tulis 4 tahun lalu, tapi berakhir dibawah pohon besar itu. Karena aku terlanjur melihat temanku Adi, menyatakan cintanya pada gadis idamanku terlebih dahulu, dan aku cemburu.

Hari ini aku datang, untuk menghalangi "aku" di masa lalu mengubur tulisan penghantar rasaku pada Naniek. Dibawah pohon besar yang menjadi saksi atas kelalaian, aku akan merubah masa depan.

"Apakah bocah laki-laki itu kamu?" tanya si mahluk besar seraya menunjuk seorang lelaki bertubuh kurus sedang duduk diatas bangku sendirian, sementara murid-murid lain berhamburan menuju kantin.

"Iya" jawabku sambil tersenyum menatap "aku" 4 tahun lalu

"Pantas patah hati" imbuhnya datar

"Apa katamu? aku tidak percaya diri, makanya aku duduk dikursi, menunggu Naniek keluar kelas seorang diri. Baru akan kuberikan surat yang ada digenggaman tanganku itu." jawabku kesal

Dengan mata kepalaku sendiri, aku melihat kejadian yang paling aku sesali terulang lagi. Naniek keluar tidak sendiri, tapi bersama adi. "Aku" 4 tahun yang lalu menunduk sedih sambil memasukan surat itu kedalam saku. Sedangkan aku yang sekarang telah bersiap dibawah pohon untuk menghalangi "Aku" 4 tahun yang lalu itu mengubur cintanya.

"Kamu tau bedanya kau dan lelaki yang pergi bersama gadismu itu?" tanya si sosok besar.

"....." aku menggeleng

"Lelaki itu berani menjemput, sedangkan kamu hanya menunggu" pungkasnya.

Aku hanya diam, pernyataan itu adalah yang paling pahit aku dengar untuk seorang aku yang akan mati, BESOK!

"Aku akan membayarnya hari ini, aku akan menghalangi "aku" yang dulu untuk mengubur surat itu. Dia harus berbalik badan dan tetap menyampaikannya. Semua ini harus berubah" jawabku penuh emosi.

"Kamu yakin?"

"Tentu"

"Pernah terpikirkan oleh kamu, jika Gadis itu menjadi milikmu dan kamu mengukir senyum paling Indah di wajahnya, besok kamu akan membunuh senyumnya."

"Maksudmu?"

"Kamu harus 'pergi' besok, aku sudah katakan dari awal."

Aku dihadapkan pada pilihan : Mendapatkan orang yang paling aku cinta lalu menjadikannya kesepian atau, Mati sendirian.

"Aku" 4 tahun lalu semakin mendekat, kulihat dia menggali tanah-tanah dibawah pohon ini dengan emosi. Aku hanya diam.

"Kamu tak jadi menghentikan dia?" tanya mahluk besar sambil menunjuk "aku" 4 tahun lalu.

Aku hanya bisa kembali diam mengamati "aku" 4 tahun lalu selesai mengubur mimpinya.

"Aku pilih yang kedua, karena terlalu mencintainya."

Sosok besar itu hanya diam, dan siap mengajakku pergi. Tapi aku terlalu lemah untuk menahan pertanyaan :

"Apa kamu pernah jatuh cinta?"

"Malaikat bukan kamu" jawabnya.


*********

Monday, April 11, 2011

Untuk kalian yang tidak merasa Indah..




Dari judul diatas, saya akan mengakui bahwa saya adalah salah satu yang dituju untuk tulisan yang diketik oleh tangan saya sendiri.
Tulisan ini mungkin akan mewakili satu dari ketidak puasan manusia atas apa yang dia punya.

Berawal dari masa kecil saya yang sangat berbahagia (sangat) dimana Ibu saya selalu mengkonsumsikan susu hingga makanan terbaik yang dapat mereka berikan saat itu. Jelas masa itu, saya seperti bongkahan daging yang siap menggelinding.

Bagi sebagian orangtua mungkin akan merasa sangat bangga saat buah hatinya yang berusaha 5 tahun di suguhi kata "Aduh, gemuknyaaa" sambil mencubit gemas. Tapi apa yang terjadi jika kalimat yang serupa diulang saat sang anak menginjak usia 12 tahun?

Adalah saya yang selalu berjalan dengan kepala tertunduk saat teman-teman satu angkatan, memanggil saya dengan sebutan "TURBO" atau TURnunan keBO. panggilan itu tercetus saat menduduki kelas 6.

Namun saat masih sekolah dasar, saya yang berbekal ilmu bela diri pencak silat dapat menghajar siapapun anak laki-laki yang menyebut saya TURBO. Kala itu saya berambut keriting, kulit coklat terbakar, dan tubuh tambun. Penggaris kayu untuk papan tulis pernah saya daratkan ke arah punggung seorang murid karena menyebut kata itu tepat dimuka saya.

Namun kembali, saat panggilan itu dilakukan ulang saat menginjak Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTA/SMP) saya seperti lumpuh. Tidak ada tendangan atau pukulan yang bisa saya lancarkan. Pertama kali, karena kata itu, saya menangis.

Saat pelajaran kesenian yang mengharuskan para siswa membawa seruling. Seruling saya hilang, tidak tau siapa yang menyembunyikan. Saya menuduh salah satu murid yang memang sering sekali menjahili saya, dan dia mengelak dengan kembali menyerang saya dengan kalimat-kalimat seperti : Dasar GENDUT, JELEK, TURBO, dll dan diiringi oleh pengulangan kata yang sama oleh teman-temannya.

Pojok kamar mandi lantai 4 gedung lama Al-azhar pusat dijalan sisingamangaraja adalah saksi, dimana saya menangis terisak, sampai udara rasanya sulit saya temukan. itu juga kali pertama, saya menggigiti lengan saya sendiri. Saya benci, oleh lemak-lemak yang tertimbun disana. Saya ingin daging lebih itu pergi, saya ingin anak-anak lelaki itu mengerti, bahwa saya sakit hati.

Saya sadar, memiliki gangguan cemas sejak dini. Saat anak seusia saya mulai melirik dan dilirik oleh lawan jenis, saya tidak mengalaminya. Lelaki yang selalu menyita perhatian saya ternyata lebih memilih sahabat saya untuk pacar pertama. Hal itu mungkin dapat saya terima, tapi saat kata "TURBO" keluar dari mulutnya, luka pertama saya rasa, dan terus ada didalam kepala.

Hari itu adalah kamis (saya ingat karena berbatik). Saya turun dari masjid selepas sholat Dzuhur yang dilaksanakan berjamaah di Masjid agung Al-azhar. Saya kembali menuju kelas karena masih ada 2 mata pelajaran lagi. Dengan masih menginjak sendal jepit, sesampainya dikelas saya tidak menemukan sepatu L.A GEAR edisi Michael jackson kesayangan saya. Seperti menghilang dan saya kelabakan mencarinya.

Sambil setengah menahan tangis (karena beberapa butir air mata terlanjur tumpah) saya mencarinya "SENDIRIAN". Karena teman-teman asik menertawakan aksi saya saat itu. Akhirnya pecah tangis saya ketika Pak ceceng (Pak rachmat) masuk kedalam kelas dan mempertanyakan saya yang masih beralas sendal, sedang teman-teman sudah berganti dengan sepatu mereka.

Akhirnya seluruh kelas dipaksa untuk mengaku dan 3 orang murid laki-laki mengambil sepatu saya dari LOTENG. Seketika sepatu saya yang berwarna dasar putih berubah menjadi coklat ke abuan. Sepanjang pelajaran PPKN yang dipimpin Pak Rahmat, saya tidak mampu meredam betapa bencinya saya pada anak-anak itu. Hingga waktu pulang sekolah, saya putuskan untuk mendatangi mejanya lalu meninju mukanya. yang masih terekam dikepala saya adalah saat saya memukulinya dengan membabi buta lalu dia bangkit dan memukul balik. Itulah pukulan pertama saya dari seorang laki-laki, saat 1 SMP.

Saya terdiam dan menangis,dia terus mendorong saya dengan umpatan-umpatan. Kata yang masih sangat menyakiti hati saya hingga sekarang adalah "GENDUT" karena itu adalah kenyataan, yang belum mampu saya lawan.

Hari itu, pertama kalinya saya tiba dirumah dan langsung masuk kekamar mandi. kembali menangis mengamati diri sendiri dihadapan cermin. Lalu menjadi hari pertama, saya resmi menjadi bulimia. Saya memasukkan telunjuk dengan paksa menuju kerongkongan. Berharap segala jenis makanan yang sudah saya telan akan keluar, dan saya tidak perlu khawatir akan menjadi GENDUT.

Itu adalah rahasia, saya dapat melakukannya dimana saja. Kata perangsangnya cukup satu : GENDUT. Jika hal tersebut mampir ditelinga, maka kamar mandi langsung menjadi sasarannya. Tidak jarang saya menangis setelah itu, lalu mengkasihanin diri sendiri.

Saya Bulimia hampir 10 tahun tanpa menaruh peduli pada efek sampingnya. Hal itu padahal jelas tidak membuat saya menjadi lebih langsing, tapi saya sedang membohongi diri sendiri dengan mengurangi perasaan bersalah atas apa yang sudah saya makan.

"Big is beautifull"

"Be yourself"

"Syukuri aja apa yang dikasih Tuhan"


Itu semua adalah kalimat yang selalu saya pakai untuk menenangkan diri, hingga ada satu masa dalam diri saya berkata, CUKUP!!

Saya akui : Saya tidak nyaman. Tuhan tidak memberikan tubuh gemuk! Tuhan memberikan kita nyawa, tubuh, dan KEHENDAK. Kuncinya adalah pada kalimat terakhir. Saya sadar, saya punya pilihan.

Ada saat saya mencoba berdamai dengan diri sendiri. Mencoba untuk menerima bentuk tubuh saya, dan lain-lain. Tapi kenyataan itu hanya berlangsung 2 tahun. Saya belum legowo saat orang berkata "gendut lo" atau bercanda terkekeh "Alaaaahh, dasar gendut". Untuk saya, "GENDUT" adalah kata terburuk juga pedang tertajam dari apapun. Saya trauma.

Satu-satunya agar kata itu tidak lagi mampir ditelinga saya adalah : TIDAK GENDUT.
Dan saya sadar, mereka tidak meledek, tapi berkata sebenarnya. Seperti salah satu teman saya yang cukup dekat, namanya Adit. Saat saya menjalani program diet, ada saja kalimatnya "kalo Rahne gue percaya, kalo Tasya mah apa tuh" sambil menunjuk perut saya. Bahwa sesungguhnya itu adalah hal yang sangat membuat saya terluka dan saya harus akui, dia mengatakan yang sebenarnya. Tidak ada jalan untuk saya kecuali berubah, bila saya memang tidak ingin kata itu mampir lagi ditelinga.

Diet secara sehat adalah pilihan saya, daripada saya harus terus menangis dalam hati dan tidak terima bahwa "gendut" itu memang kenyataan saya.

Sekarang saya menangis, membenci diri sendiri, tapi tidak mau melakukan perubahan. Saya terus menangisi dan mengutuk kegemukan saya dengan tetap melahap mie, junkfood, ice cream dengan porsi berlebihan, lalu membenci mereka yang mengatakan kenyataan?

Dalam diet ini saya lebih mengedepankan terapi atau meditasi ringan untuk diri sendiri. Seperti taat pada aturan yang saya buat sendiri. Sarapan saya hanya susu (non fat), siang saya boleh makan apa saja secara bebas sebebas-bebasnya tapi hanya 1 kali makan. Jadi saya hanya memperbolehkan diri saya mengunyah makanan selama 1 jam. Itupun setiap kunyahan saya nikmati pelan-pelan. Saya makan dengan "sadar" dan kenikmatannya luar biasa. Belum lagi, kita seakan mampu mendengat tubuhmu sendiri. karena kadang kita mengkonsumsi makanan yang "KITA MAU" bukan yang "TUBUH KITA BUTUHKAN". Malam, susu non fat kembali beraksi, dan tidak ngemil :))

Diet saya ini telah berlangsung selama 6 hari, dan lumayan sudah turun 2 kilo. Hehehehe, biasanya saya rutin diet sekitar setahun sekali. Cuma biasanya tidak sampai "langsing". Jadi sekarang tubuh saya nanggung. Dulu saya GENDUT sekali, maka itu diet sekarang ini, semoga aja bener-bener bisa sampai "langsing" hehehe.

Tapi disini saya benar-benar menggaris bawahi, bahwa semua itu pilihan. Dan tidak ada yang "lebih baik daripada". Saat siapapun dapat berdamai dengan dirinya sendiri dan menikmati apa yang dia punyai, itu pasti akan sangat menyenangkan.

Karena sesungguhnya, Indah adalah selaras : antara kamu, dan apa yang nyaman menurutmu....

Hallo Cantik :))



************