Pages

Tuesday, December 28, 2010

Jakarta dan Aku



Saya sangat mencintai sejarah, sekali lagi sangat.
Hal ini kental terasa sejak saya berusia enam tahun, jelang libur panjang kenaikan kelas menuju Sekolah dasar.

Saat itu Ayahku memiliki sebuah pabrik di kawasan Tanjung priuk, dan karena kesibukannya, hampir setiap weekend kami sekeluarga menghabiskan waktu di Horison ( sebuah nama hotel di kawasan Ancol yang sekarang mercure ) atau di Putri Duyung cottage. Semua dikarenakan agar ayah dapat dengan mudah sewaktu-waktu menge-chek pabriknya karena rumah kami terbilang jauh dari pabrik.

Dalam perjalanan menuju Ancol ataupun tanjung priuk, saya jatuh cinta pada sebuah bangunan. Yang mana puluhan rengek saya tidak terhiraukan, saya justru tidak lagi tertarik pada permainan di dalam Dunia fantasi kala itu, keinginan saya hanya satu : Menuju puncak Monumen Nasional.

Entah kenapa saya selalu merasa bangunan itu memanggil-manggil. Suatu energi yang begitu kuat dan memaksa saya untuk menginjakkan kaki disana. Sejak itu saya selalu menyebutnya "Golden Woman Fire" semacam kekuatan atau inspirasi yang tidak pernah padam datang dari seorang wanita.

Sekolah dasar berhasil saya duduki dan satu pelajaran favorit saya adalah : PSPB atau Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa. Tampak jelas bangunan yang sempat menjadi yang tertinggi di asean itu ada, lengkap dengan pendirinya : F. Silaban dan juga Soekarno.

Sejak itu saya putuskan : SAYA PASTI AKAN MENUJU MONAS, dengan atau tanpa diantar MAMA.

Ternyata benar, bagai gayung bersambut, karya wisata tingkat dua sekolah dasar adalah MONUMEN NASIONAL. Kalian tau, mungkin terdengar berlebih tapi saya tida bisa tertidur hari itu. Seperti menjemput mimpi yang terlalu nyata, dan membuatmu enggan memejamkan mata. Hingga pada akhirnya hari itu datang.

Kalau kalian pernah lihat sekitar 18 tahun lalu seorang anak perempuan berseragam batik al-azhar dengan rok hijau, mulutnya menganga sepanjang Monumen Nasional, itu saya !! Sepanjang museum saya tak abis menebar senyum sendirian.

Saya sempat juga terpisah dari rombongan saking terlalu asyik sendiri melihat pahatan-pahatan milik orde baru di bagian dinding luar. Sampai ahirnyaaaaaaa, saya terlewat rombongan yang menuju puncak monas. kalo dulu Senayan city udah ada, pasti yang lompat dari atas pertama kali itu saya !! RrrrRr...., tapi akhirnya ya itulah yang membuat saya selama 14 tahun terus menggilainya dan juga sejarah-sejarah lainnya.

Video diatas itu sebagian dari perjalanan saya yang dibuat sedemikian indah oleh teman saya Alman saat mengitari kota tercinta saya, kota tercinta kita semua, Jakarta :))

No comments:

Post a Comment