Pages

Showing posts with label Poetry... Show all posts
Showing posts with label Poetry... Show all posts

Friday, May 27, 2011

Ini bukan kisah romantis






Ini bukan kisah romantis...



Ini tentang peperangan yang terjadi dalam segumpal tubuh, dimana kebencian dan dendam menjadi pemandu sorak paling gaduh.



Aku disini saksi, atas segala kecupan yang sempat bersujud di penjuru lapisan kulit.

Diam-diam menggerogoti syaraf-syaraf, hingga untuk bernafas pun sulit.



Ada kamu di angkasa, bercinta di udara yang lari tunggang langgang.

Menolak kau hirup, mereka menyelamatkan diri saat perang mulai terjadi.



Adalah dua katup bibirmu yang menganga, memaksa dunia untuk percaya atas ejakulasinya semua kata.

Prilaku menentang, dia tidak pernah setuju. Karena sesungguhnya, Kata dan prilaku adalah musuh paling bengis.



Beruntungnya aku...

Sekali lagi menjadi saksi. Dimana dua prajurit tadi saling menikam, menuduh, berusaha membunuh satu sama lain, di tubuhmu.



Jika seseorang berkata Lelaki adalah persatuan antara kata dan prilaku, berarti kematianmu hanya tinggal menunggu waktu...



Sudah aku bilang, ini bukan kisah romantis.



****

Monday, March 7, 2011

MAAF


Dalam setiap kosong, ada kamu disetiap sudut.
Siap memeluk, aku yang bermata basah setiap usai bercinta dengan kalut.

Dalam setiap sunyi sekalipun, kamu adalah sosok dengan bunyi irama paling nyaring.
Berusaha agar telingaku tak hanya mampu menangkap hening.

Saat setiap raga enggan mempersilahkan sepasang matanya menangkap aku,
tidak ada seorangpun rela membinarkan pandangannya, selain kamu.

Saat alam raya mengering hingga aku harus menahan panjangnya dahaga,
lagi-lagi kamu membawakan air di kedua telapak tanganmu, dengan sederhana.

Satu-satunya alasan kenapa aku tak mampu memberikan cinta,
hanya kerena KAMU, bukan DIA...

Tuesday, January 25, 2011

Serdadu kata untuk Sang Dewi



Dalam suatu petaka, kamu adalah rasa takut yang paling kusuka.

Tiada kasih yang tak lepas, bahkan dalam kisah yang kandas.
Semua rasa yang pernah kucipta, kutiupkan dengan ikhlas.

Mungkin hatiku, tempat bersandar yang terlupa.
Semoga kamu tau.
Meski telah lewat, masa lalu itu ada.

Jika berkenan kau buka telinga, ada kata yang ingin kusampaikan.
Bahwa daripada kata perpisahan, yang lebih menyakitkan adalah kenyataan,
bahwa ak tak lagi diperjuangkan.

Sempat tak lagi kulihat bintang diangkasa.
Karena semenjak kamu tak ada, aku buta.
Sempat tak kudengar gemercik air bernyanyi, saat suaramu tak ada lagi.

Tanpa kamu, pelangi hanyalah lengkungan hitam putih..

Hari ini aku sadar, tidak ada lagi kemarin.
Saat ini aku percaya, tak akan mampu seorang aku, melihat angin.

Ini aku, dengan semua pesan yang tertahan, saat kau putuskan untuk pergi.
Jika kamu telah menjadi masa lalu, perkenankan aku, menjadi seorang pelupa...


******

Tulisan ini sepenuhnya terinspirasi dari konser Swara sang Dewi.
Terima kasih untuk seorang Titi Dj yang tidak hanya berkarya untuk dirinya, tetapi juga untuk seluruh pencinta seni disekitarnya...

Sunday, January 16, 2011

Aku Cinta Buta, Pada Hujan...


Hujan, kenapa kamu tidak juga datang?

Aku menunggu keluarga besarmu menyentuh pori-pori, telah kunanti kamu dari duduk hingga berdiri. Tapi, belum juga kau berkunjung.

Kini aku memutuskan menetap ditempat biasa. Dimana kursi berlapis busa menjadi sahabat kala menanti pasukanmu tiba. Perlahan kurasakan aroma merasuk pelan menuju penciuman.

Mari kuberitahu sesuatu yang sudah tidak lagi menjadi rahasia. Hidungku itu amat handal dalam memahami bau. Telingaku, luar biasa tajam menangkap suara dari berbagai penjuru. Bahkan aku dapat mendengar sesuatu yang secara konstan dan terus menerus, ibuku yakin itu adalah bunyi jarum detik. Dan aku percaya, ibu tak pernah berbohong.

Biar mereka bilang aku asal bicara, tak kuberi sedikitpun peduli. Aku jatuh cinta pada kamu, hujan. Ibu bilang cinta adalah perasaan yang paling membahagiakan, menunggu untuk dinantikan. Selalu ingin bertemu, walau tak selalu lembut dan menyenangkan. Itulah kehidupan, cinta adalah yang menjadi dasar alasan. Sekali lagi, itu kata ibu, dan aku percaya. Ibuku, tidak pernah berbohong.

Semua membuat aku semakin yakin :

HUJAAANNN, AKU JATUH CINTA. SAMA KAMUU !! Meskipun curah dan nyanyianmu tak pernah menentu, tetap aku, ingin bertemu...

Jika kamu lama tak datang, aku terpaksa melahirkanmu, lewat mataku...
Kuberitahu lagi ya, ibu bilang kedua bola mataku amat indah dan orang-orang berkata itu adalah anugrah.

Bukannya aku tak mengenal kata bersyukur dan berterima kasih, tapi bisa kau bayangkan rasanya memiliki sepasang mata yang menerima begitu banyak puji, namun tidak berfungsi?

Hujan, ayo turun. Kamu adalah prajurit langit yang dapat menyatu denganku secara nyata. Lalu sekali lagi kutegaskan, aku jatuh cinta padamu, hujan. Walaupun aku tidak mampu melihat kalian, percayalah, dengan hebat aku mampu merasakan.

*****

Friday, January 14, 2011

Surat Cinta Soekarno untuk Hariyatie


Bagaimana tidak saya rasakan cinta, jika seorang lelaki seperti Soekarno menuliskan lisatan kata macam ini. Berikut ini adalah surat cinta Soekarno yang ditujukan untuk Hariyatie. Salah satu istri yang dinikahinya pada bulan Mei 1963 hari ke 21. Surat ini sendiri ditulis pada 31 Agustus 1963. Jadi kira-kira dengan perasaan berbunga-bunga dalam usia tiga bulan perkawinan.

Surat ini terdiri dari dua lembar. Pada sisi kertas ditulis miring oleh Bung Karno :
" Bali saka hotel, Ora bisa turu, njur nulis layang iki " kira-kira artinya " Pulang dari hotel, tidak bisa tidur, lantas menulis surat ini."

Surat untuk Harijatie konon katanya lebih banyak menggunakan bahasa Jawa ( Saya belum pernah baca surat untuk Harijatie yang lain ). Berikut kutipannya :


Yatie adikku wong ayu,

Iki lho arloji sing berkarat kae. Kulinakna nganggo, mengko sawise sesasi rak weruh endi sing kok pilih : sing ireng, apa sing de mau kae, apa karo-karone? Dus : mengko sesasi engkas matura aku ( Dadi : sanajan karo-karone kok senengi, aku ya seneng wae )
Masa aku ora seneng? Lha wong sing mundut wanodya pelenging atiku kok! Aja maneh sekadar arloji, lha mbok apa-apa wae ya bakal tak wenehke.

Tie, layang-layangku ki simpenen ya! Karben dadi gambaran cintaku marang kowe kang bisa dibaca-baca maneh ( kita baca bersama-sama ) ing tembe jen aku wus arep pindah omah sacedake telaga biru, sing tak ceritake dek anu kae. Kae lho, telaga biru ing nduwur, sak nduwure angkasa. Coba tutupen mripatmu saiki, telaga kuwi rak katon ing tjipta! Yen ing pinggir telaga mau katon ana wong lanang ngagem jubah putih ( dudu mori lho, nanging kain kang sinulam soroting surya ), ya kuwi aku, ----aku, ngenteni kowe. Sebab saka pangiraku, aku sing bakal ndisiki tindak menyang kono, ---aku,ndisiki kowe!

Lha kae kembang semboja sing saknduwure pasareanku kae, ----petikan kembang iku, ambunen, gandane rak gandaku. Dudu ganda kembang, naning sawijining ganda kang giwane saka rasa-cintaku. Sebab oyote kemboja mau mlebu ing dadaku ing kuburan.


Masmu

Soekarno



Kira-kira terjemahannya begini....


Yatie, adikku yang ayu,

Ini lho, arloji bertahta emas itu. Biasakan memakai, nanti setelah sebulan, kamu akan tau mana yang hendak dipilih. Yang hitam, yang satunya, atau bahkan keduanya? Jadi sebulan lagi, katakanlah ( walaupun senang keduanya, aku akan senang juga )> masak aku tidak senang, apalagi yang meminta adalah jantung hatiku. Jangankan arloji, apapun akan aku beri!

Tie, suratku ini tolong disimpan ya. Supaya menjadi gambaran cintaku kepada kamu. yang bisa dibaca-baca lagi ( atau kita baca bersama-sama ) pada suatu hari nanti saat aku mau pindah rumah di dekat telaga biru yang pernah aku ceritakan. Itu lho, telaga yang diatasnya angkasa. Coba kau pejamkan matamu sekarang, maka kau akan melihat telaga itu. lalu jika ditepian telaga kau lihat lelaki berjubah putih ( bukan memakai kafan lho ya ) tapi kain bersulam sinar matahari yang menjadi jubah, itu aku, aku---menunggumu. Sebab sepertinya, aku yang akan lebih dulu pergi kesana, mendahuluimu.

Nanti jika kau lihat kembang kamboja diatas nisanku, Ciumilah!
maka engkau akan rasakan aroma tubuhku. Bukan aroma bunga, tetapi aroma yang tercipta dari rasa cinta. Sebab akar kamboja itu telah menusuk menembus dadaku, didalam tanah sana!!

Masmu

Soekarno


*********

Surat cinta tersebut saya dapatkan dari seorang teman yang merupakan seorang dalang muda favorit saya : Nanang hape.terima kasih mas Nanang :))

****

Tuesday, December 21, 2010

Melepas senja, dengan menunggu...


Di khatulistiwa biru yang hampir tak lagi menjadi garis,
aku cari namamu, sambil menangis...

Semesta tanpa kata, hening manusia.
Hanya burung-burung yang menyamar menjadi biduan tengah senja.
Sebentar lagi matahari lari, merelakan bulan menikahi kekasihnya sementara.
Langit masih gagah saja, menanti pasangan malamnya kali ini yang berwujud purnama.

Tidak ada pesan yang dapat aku baca, selain rasa angin.
Menunggu kamu pulang, seperti ribuan malam silam.
Dipaku kenangan, yang tidak pernah aku nisankan.

Tidak lagi pernah kulihat sabit, sejak kamu pergi.
Hanya ada kupu-kupu sakit, yang belum juga mati.

Sayang, ayo pulang.
Aku menunggumu, disini, seperti ribuan malam silam....


*******

Saturday, September 11, 2010

Permintaan Yang Hanya Esa..

Aku tidak pernah menyalahkan perbedaan.
Karena aku selalu suka saat kaki kita melangkah di dasar angkasa yang sama, lalu memintal ratusan hari, dengan gumpalan tawa dan para butir air mata yang jelita.

Aku tidak memusuhi jarak, yang menjadi celah di sela-sela kutipan sayang.
Dimana kadang hanya bisikan sehilir datang, sedang wujudmu tertawan di belantara bintang.
Karena aku selalu menjadi sahabat bagi pagi, yang menggiring seluruh memori, bahwasannya ada seorang kamu, untuk aku di bumi.

Aku tidak benci pada waktu saat mereka bersekutu untuk membuat aku selalu memandangi lembar penuh angka-angka tercoret.
Karena disudut ini, seonggok aku mampu melahirkan jutaan rindu.....

Pintaku hanya satu : Semoga Tuhan Kita sepakat....

******

Tuesday, August 17, 2010

Aku Pernah...





Aku pernah....

Disaat malam sedang menggelapi jagat raya, aku mengibarkan lilin kecil untuk mengharap adanya kamu yang akan segera pulang.
Aku takut, kamu kira rumah ini kosong, karena hitam tidak mengizinkan mata kita menangkap bayangan satu sama lain.

Tak ku izinkan kantuk tiba, hingga lelehannya menyatu dengan marmer yang semakin kusam. dan api itu menghilang.

Kamu? tidak juga datang...

*

Aku pernah

Diketuk oleh embun pagi di bibir daun.
Dia bilang " Lelakimu itu seperti aku, yang tak sengaja tertangkap matamu dikala lahirnya mentari, namun sebelum kau bergegas mandi, kami pasti segera pergi".

Aku diam saat itu.
Pelupukku mulai berair, tapi aku tak sudi menangis. Aku mau kau melihat ku tersenyum kala pulang...., meski tak juga kamu datang.

*

Aku pernah

Merasakan ribuan tabung gas meledak didada, saat melihat bibirmu bersujud di wajahnya.
Dan aku disini, menahan tangki air mata yang segera jatuh ke permukaan dunia nyata.
Angin senja pun tau, aku hanya pura-pura turut berbahagia.

Jangan dulu kau pinta padaku sebilah doa, karena aku belum sanggup melakukannya.
Jangan pula kau minta aku sajikan senyum terindah, selama jemarimu mengikat pada telapaknya.

*

Aku pernah

Berbisik cinta, sebelum kamu bersamanya...


*******

Monday, August 16, 2010

AKU INGIN....


AKU INGIN :

*ada dibelantara pelangi. Menjilatinya satu per satu hingga nafasku menjelma puisi...

*menjadi pasangan atas sepatu yg hilang, supaya dia tidak terlihat egois dan sendirian..

*menjadi semangat atas perunggu. Agar dari yang ke-tiga, dia dapat segera menjadi nomor satu...

*melebur menjadi debu, lalu hinggap di pori-porimu

*kenyataan dari ribuan kisah di setiap kitab. Agar tidak hanya menjadi santapan rayap..

*menari dengan irama jantungmu. Lalu menghentakannya, agar kamu merasa...ada aku disana.

*bercinta denganmu diatas piano dan mengganti semua dentingannya, dengan desahan kita..

*menjadi serbuk yang melumpuhkan seluruh sel otakmu. Hingga di seluruh penjuru kepalamu, hanya ada..., seorang aku.

*mencukil awan saat dia abu-abu, lalu kusemaikan dalam kopimu. Tinggal menunggu, halilintar di kerongkonganmu..

*meredakan dahagaku, dengan air matamu...

*merobek langit. Untuk membuktikan tidak ada surga, selama kamu didunia

*merangkum melodi semesta dengan memori kita. Bukan aku, atau kamu..., kita.

*Hisapan bibir kita, segera menjadi pahala..

AKU INGIN, seluruh kata-kataku....menjelma menjadi seorang KAMU!

Monday, August 9, 2010

Menjemput Matahari

Berangkat dari jurang senja yang kelelahan, aku mendaki keinginan.
" Temukan dia di pucuk malam, saat burung gereja tidak lagi bersenandung, dan para laskar cahaya tertidur lelap" katanya lantang.

Aku mengendus semerbak hujat dari delapan titik mata angin.
Memantulkan gaung seperti cinta yang dimentahkan tiap sisi.
Berpindah terus berpindah, hingga suara semakin kecil lalu hilang dalam sunyi, tidak abadi.

Para lelaki yang bersajak tentang putri di Tanjung Pualam. Mereka bilang wanita itu merekah bagai bunga cempaka, molek seperti pegungungan indah yang imajiner.
Aku masih menanjak, meski terdengar puja yang mereka muntahkan dalam aksara kini menjadi samudra hina yang tak bertepi. Mereka mengumpat, mengunyah serapah dengan rakus.
Para tikus datang menyerang loteng langit, "kami mau keadilan!!" katanya.
"Kami bosan hidup kotor dalam istana debu yang berpilarkan dosa-dosa beragam, angkut kami menuju tempat yang Tuhan-mu kata sebagai surga!" tambah mereka.

Cakrawala membiru, dia beku dalam angan-angan klasik tentang perdamaian. Tidak ada lagi bola keemasan yang bersinar. Dia tenggelam, terseret dalam lubang yang melumpuhkan kebenaran. bahkan kini keberadaan matahari dipertanyakan. Dan aku sedang memacu ke dua kaki untuk menjemputnya, dia....Matahari yang terluka.

Friday, July 9, 2010

AKU yang merindu KAMU



Pada lembaran kosong ini aku coba memuntahkan aksara...

Aku hampa, tadinya.
Sebelum caci yang menjelma menjadi lumpur penghisap menarikku menuju dasar pusaran benci yang terlalu dalam.
Kamu tidak jahat, JELAS!
Akulah bangsal kegelapan yang berpura-pura menjadi malam yang menyejukkan.
Membawamu pergi menelusuri bukit-bukit indah yang ku rakit dari gumpalan dendam.

Ingatkah kali pertama bertemunya kedua bola mata?
Kita bersikeras masa itu adalah racikan Tuhan paling sempurna.
Dimana kupu-kupu menari disekitaran tubuh kita, mengerlingkan sorot bahagia dalam pelupuk mata.

Mati sayang, rasa itu mati!
Setidaknya aku mengira demikian.
Sampai tiba saatnya wajahmu datang kembali di layaran sudut pandang.

Ternyata kamu masih hidup, atau setidaknya gentayangan di pikiranku tanpa aturan.
Ya ya ya.....aku kembali menghela nafas panjang...
kupanggil lagi engkau perlahan...

"Sayang, sini...aku akan membunuhmu. Jangan takut, kulakukan dengan rindu yang menggebu langsung menuju jaring nadimu"



Tertanda
Aku yang merindu Kamu

Thursday, June 3, 2010

Tolong...




Jangan Hadirkan aku, dimimpimu malam ini...

Aku beri kamu belati,
Tolong, bunuh aku di otakmu..



Tertanda,

Aku yang sekarat di ego-mu.

Sunday, May 9, 2010

Aku dan Syair..

Ketika para penyair berkhayal untaian syair dan mantra kata-kata yang mereka rangkai suatu saat akan menjadi tali pengekang bakat, aku akan datang dan merobek-robek manusrip mereka.

Jika seseorang meramalkan bahwa apa yang mereka tulis akan menjadi mata air yang tandus.
Sebuah kekuatan akan menuntunku dan kelompok lain untuk menuangkan tinta-tinta kami dalam sumur pelupaan, lalu memecah paksa pena mereka dengan tangan-tangan kelalaian.

Aahh....bukankah itu menyenangkan kawan?

Tapi aku sedih teman...
Aku sedih mendengar para jiwa mengoceh dengan lidah-lidah kebodohan.
Mereka seakan membunuhku demi merengguk anggur perenungan yang mengair diatas pena manusia yang suka berpura-pura.

Terlebih lagi saat kakiku menginjak lembah kebencian serta melihat kenyataan bahwa tempat itu sudah terlalu penuh.
Terlihatlah aku salah satu dari khalayak yang melihat seekor cicak membengkakkan tubuhnya menyerupai seekor buaya.

Syair,sahabatku tersayang, adalah sebuah genangan dari hujan senyuman.
Syair merupakan keluhan panjang yang mengerikan bagi airmata, setiup roh yang mendiami jiwa, yang memiliki makanan hati, yang memiliki anggur kasih sayang.
Naahh...ini dia! Syair dari para imam palsu dimataku!!!

Wahai Jiwa-jiwa para Pujangga, yang melihat kami dari surga Keabadian, kami berjalan menuju altar yg berhias mutiara-mutiara pikiran. Mencoba berpikir keras dengan akal-akal penyempurnaan, sebab kami ditindas oleh dentuman besi dan pabrik-pabrik. Syairku dirasa lebih berat dari muatan kereta api, dan mengganggu seperti bau limbah busuk!!

Kalian para pujangga abadi, maaf kan aku jika syairku menjadi debu yg mengotori kaki kalian...

Aku termasuk dalam dunia baru dimana manusia akan berlari setelah harta benda keduniawian.

Syairku ini adalah sebuah barang dagangan di pagi hari, bukan sebuah nafas kehidupan yang abadi.