Pages

Tuesday, December 28, 2010

Singa dan Alat tulis


Aku masih ingat sekali garis-garis wajah lelaki yang selalu kulihat mengenakan peci itu. Belum lewat dua puluh empat jam kami bertukar suara, beliau membeli kertas berisi berita harian negeri dari tanganku.

Saat itu dia menghela nafas panjang membaca tulisan besar di kolom utama. "PENCURIAN SEBATANG ALAT TULIS". Aku menengok sisa tumpukan koran ditanganku, mencoba menyamakan gambar sosok yang ada didalamnya dengan seorang lelaki didepan batang hidungku. Mataku menyipit dan arah pandangku berganti-ganti, kadang ke koran digenggaman tanganku yang tak sebesar tangannya, kadang menuju pria dewasa dengan kharisma yang begitu menyilaukan ini.

"Apa yang kaulihat nak?" tanyanya melihatku celingukan

"Tidak Pak, anu...", suaraku terpotong "Apakah bapak adalah Lelaki di gambar ini?" kataku seraya menunjuk foto didalam koran.

Dia hanya tersenyum, lalu telapak tangannya menuju ujung kepalaku dan mengusap-usap rambutku. Tanpa ada kata lagi keluar dari mulutnya, beliau lalu membalikkan badan dan berjalan. Sempat kulihat, sebatang pulpen menyembul dari kantung yang terletak di dada kiri baju putihnya.


*****

Alun-alun ramai sekali, aku masih berkeliling dengan memanggul dagangan sisa ditangan. Diantara kerumunan manusia yang tidak hanya dihuni oleh pribumi, aku seperti melihat seekor singa diatas podium.

Singa itu bersorot mata tajam, dan siap mencabik manusia-manusia berambut merah dan kuning yang telah menjadi tuan di "rumah" kami. Setelah mengucap salam, lelaki yang wajahnya tercetak di koran yang kudagangkan membuka kembali suaranya :

"KALIAN LIHAT INI APA?" katanya sambil mengacungkan pulpen yang tadi siang kulihat tersemat dikantungnya. Tapi tidak ada satu orangpun yang menjawab meski pastilah tau akan jawabannya.

"INI ADALAH ALAT TULIS YANG MENJADI BERITA DIMANA KALIAN GEMBAR GEMBORKAN HARI INI" katanya berapi-api.

"SEBELUMNYA JELAS SAYA KATAKAN, SAYA "MEMINJAM" DAN DIHADAPAN KALIAN SEMUA BANGSA BELANDA, SAYA KEMBALIKAN". Sang singa podium mengarahkan pulpen hitam itu ke arah kumpulan tentara berkulit putih. Namun semua diantara mereka ragu untuk maju, hingga lelaki pemberani itu menaruh dibawah kakinya.

Masih dengan tatapan berapi-rapi dan suara yang menggelegar, laki-laki berpeci tersebut meneruskan katanya

"HANYA KARENA SATU BUAH ALAT TULIS, KALIAN MENYEBAR BERITA TENTANG PENCURIAN PULPEN DIMANA-MANA. DAN SAYA DETIK INI DENGAN BESAR HATI BERANI MENGEMBALIKAN LANGSUNG KE TANGAN KALIAN. SEKARANG GILIRAN KALIAN, KALIAN TELAH MENCURI NEGARA KAMI RATUSAN TAHUN LAMANYA, DAN PERTANYAAN SAYA HANYA SATU : BERANIKAH KALIAN MENGEMBALIKANNYA ??

Ratusan darah Indonesia mendidih kala itu, termasuk darahku. Lelaki itu telah membuka mata kami semua, bahwa selama tubuh kita masih mengandung darah, buang jauh-jauh kata MENYERAH !!

******

4 comments:

  1. Hi bagaimana output penerjemah dapat Anda mengerti? tidak masuk akal?
    Hi how is the translator output can you understand? does it makes sense?

    Zvi Tel Aviv, Israel
    Please come and visit my blog too.
    http://iscream18.blogspot.com

    ReplyDelete
  2. membangkitkan rasa nasionalisme kita mbacha!!

    ReplyDelete
  3. Hi Zvi Tel Aviv, u want me to put some translator in my blog? I will put it soon :)) thank u..

    Haihai sugaah, thank u. Ada juga yang post-nan rada lama kl suka tema serupa. Judulnya : Selamat Datang :)) makasi sudah main ke blogku. Hiihihi

    ReplyDelete
  4. stunning as always, less typo i guess :D *walau masih banyak*

    *selalu pengin bisa nulis sesuatu yang berapi-api seperti ini. sepertinya saya kurang nasionalis :D

    ReplyDelete