Pages

Saturday, December 17, 2011

Wanita yang pernah kusinggahi rahimnya.


Debat kusir.
Kira-kira itu yang akan terjadi jika saya dan kembaran saya yang lahir 24 tahun sebelum saya itu berbicara tentang panti jompo. Kembaran saya alias bunda alias ibu alias mama itu seringkali berpesan : Kak, kalo mama tua nanti, mama mau masuk panti jompo sama papa juga ya.

Saat itu saya begetar bukan kepalang. Kenapa panti jompo?

Kata "Panti Jompo" begitu lekat dengan orang tua ( yang seakan-akan ) telantar. Anaknya malas mengurus ibu bapak, jadi dititpkan di panti jompo. Saya juga tidak akan sampai hati melihat wanita yang saya hinggapi rahimnya selama 9 bulan dan lelaki yang memeras keringatnya agar saya mendapat kehidupan layak, hanya teronggok di panti jompo.

Akan tetapi di suatu malam menjelang tidur, wanita yang melahirkan saya ke dunia itu berbagi pikiran yang mengusiknya.

"Kak, rumah itu idealnya terdiri dari keluarga inti. Ada bapak, ibu, dan anak. Jadi kalo semua anak-anak sudah menikah nanti, terus mama sama papa tua, kita mau masuk panti jompo aja"

Melihat saya mengerutkan dahi, mama segera menambahkan,
"Kebanyakan orang berpikir terlalu sibuk untuk membalas jasa orang tua. Mereka lupa, jika orang tua itu begitu bahagia menerima karunia yang disebut anak. Jadi apa yang kami lakukan itu tidak terhitung sebagai jasa, tapi preview surga"

Mama berhasil membuat saya berkaca-kaca saat itu. Lalu dia berkata lagi "Karena adat kita seakan mengasuh orangtua di dalam rumah itu kewajiban anak, padahal kami beraktualisasi sebagai manusia, yaitu bayi, balita, kanak2, remaja, dewasa, tua, lalu mati. Dan setiap fase, kami ingin semua memiliki arti."

"Mama liat mami ( sebutan untuk nenek saya ) dan teman-temannya yang sudah pikun. Matanya jadi kosong, karena masing-masing kegiatannya terhambat karena melakukan hal yang itu-itu saja dirumah. Kalo di panti jompo kan banyak teman. Ada banyak orang tua yang se-frekuensi, berarti kita kan bisa terus bersosialisasi."

Saya sempat mengajukan penawaran, beliau dan papa bisa tinggal dirumah, dan pasti anak-anaknya akan rajin berkunjung. Apa jawabannya?

"setiap orang hidup, apalagi yang waras pasti punya kegiatan. Anggap kalian weekend pasti kerumah, lah hari kan ada 7. Yang 5 hari kita ngapain? Pasangan udah renta, kelamaan berdua doang juga korslet kali kak kalo gak ada kegiatan. Kalo di panti jompo, kita ga tergantung siapapun. Jadi tiap hari kita punya kegiatan yang jadinya gak ngerecokin anak-anak. Bisa ikut kelas dansa, menanam, catur, dan lain-lain. Seru kaann?"
Katanya dengan wajah sumringah dan suara riang.

Mama juga menambahkan "Pokoknya gak usah denger kaya orang. Yang penting kita orang tua tau kalo kalian sayang banget sama kita, dan kalian juga harus tau kalau melihat kalian menjadi manusia utuh juga adalah goal kami sebagai pasangan yang dipercaya untuk memelihara kalian".

Dan kamipun berpelukan :')

Tak lama, buru-buru mama melanjutkan kalimatnya "tapi kak, kita gak usah pusing-pusing mikirin ini dulu sih. Kan aku
Tua. Hahaha, masih lama yaa.

Kembali kutatap wajahnya.

Masih lama.

Ya, masih lama. Wanita dihadapanku masih terlalu cantik untuk menuju ke kata "tua". Ukuran celana kami masih sama, jeans masih menjadi pakaian favoritnya. Keriput tidak membuat beliau kehilangan pesona, atau bahkan lipatan-lipatan tidak berani hinggap diwajahnya.

Dia ibuku, wanita yang sangat, sering, dan selalu aku banggakan. Love you mom!

6 comments:

  1. ehmm.. bagus juga sich pemikirannya, tp rasanya ga tega.. hikss

    ReplyDelete
  2. Waktu lihat foto, kirain kakak beradik. Pas baca Judul, beda lagi mikirnya. Tersentuh bacanya :)

    ReplyDelete
  3. you are the best tasya, i realy admire you,
    mari kunjungi juga blog saya,
    www.enterspasidelete.blogspot.com monggo :)

    ReplyDelete