Pages

Thursday, December 22, 2011

kosong

Aku mungkin tanaman rambat.
Menghinggap, merambati kamu, dinding yang mengeras.
Aku, terlambat.
Mendatangi kamu, yang baru saja bergegas.

Saturday, December 17, 2011

Wanita yang pernah kusinggahi rahimnya.


Debat kusir.
Kira-kira itu yang akan terjadi jika saya dan kembaran saya yang lahir 24 tahun sebelum saya itu berbicara tentang panti jompo. Kembaran saya alias bunda alias ibu alias mama itu seringkali berpesan : Kak, kalo mama tua nanti, mama mau masuk panti jompo sama papa juga ya.

Saat itu saya begetar bukan kepalang. Kenapa panti jompo?

Kata "Panti Jompo" begitu lekat dengan orang tua ( yang seakan-akan ) telantar. Anaknya malas mengurus ibu bapak, jadi dititpkan di panti jompo. Saya juga tidak akan sampai hati melihat wanita yang saya hinggapi rahimnya selama 9 bulan dan lelaki yang memeras keringatnya agar saya mendapat kehidupan layak, hanya teronggok di panti jompo.

Akan tetapi di suatu malam menjelang tidur, wanita yang melahirkan saya ke dunia itu berbagi pikiran yang mengusiknya.

"Kak, rumah itu idealnya terdiri dari keluarga inti. Ada bapak, ibu, dan anak. Jadi kalo semua anak-anak sudah menikah nanti, terus mama sama papa tua, kita mau masuk panti jompo aja"

Melihat saya mengerutkan dahi, mama segera menambahkan,
"Kebanyakan orang berpikir terlalu sibuk untuk membalas jasa orang tua. Mereka lupa, jika orang tua itu begitu bahagia menerima karunia yang disebut anak. Jadi apa yang kami lakukan itu tidak terhitung sebagai jasa, tapi preview surga"

Mama berhasil membuat saya berkaca-kaca saat itu. Lalu dia berkata lagi "Karena adat kita seakan mengasuh orangtua di dalam rumah itu kewajiban anak, padahal kami beraktualisasi sebagai manusia, yaitu bayi, balita, kanak2, remaja, dewasa, tua, lalu mati. Dan setiap fase, kami ingin semua memiliki arti."

"Mama liat mami ( sebutan untuk nenek saya ) dan teman-temannya yang sudah pikun. Matanya jadi kosong, karena masing-masing kegiatannya terhambat karena melakukan hal yang itu-itu saja dirumah. Kalo di panti jompo kan banyak teman. Ada banyak orang tua yang se-frekuensi, berarti kita kan bisa terus bersosialisasi."

Saya sempat mengajukan penawaran, beliau dan papa bisa tinggal dirumah, dan pasti anak-anaknya akan rajin berkunjung. Apa jawabannya?

"setiap orang hidup, apalagi yang waras pasti punya kegiatan. Anggap kalian weekend pasti kerumah, lah hari kan ada 7. Yang 5 hari kita ngapain? Pasangan udah renta, kelamaan berdua doang juga korslet kali kak kalo gak ada kegiatan. Kalo di panti jompo, kita ga tergantung siapapun. Jadi tiap hari kita punya kegiatan yang jadinya gak ngerecokin anak-anak. Bisa ikut kelas dansa, menanam, catur, dan lain-lain. Seru kaann?"
Katanya dengan wajah sumringah dan suara riang.

Mama juga menambahkan "Pokoknya gak usah denger kaya orang. Yang penting kita orang tua tau kalo kalian sayang banget sama kita, dan kalian juga harus tau kalau melihat kalian menjadi manusia utuh juga adalah goal kami sebagai pasangan yang dipercaya untuk memelihara kalian".

Dan kamipun berpelukan :')

Tak lama, buru-buru mama melanjutkan kalimatnya "tapi kak, kita gak usah pusing-pusing mikirin ini dulu sih. Kan aku
Tua. Hahaha, masih lama yaa.

Kembali kutatap wajahnya.

Masih lama.

Ya, masih lama. Wanita dihadapanku masih terlalu cantik untuk menuju ke kata "tua". Ukuran celana kami masih sama, jeans masih menjadi pakaian favoritnya. Keriput tidak membuat beliau kehilangan pesona, atau bahkan lipatan-lipatan tidak berani hinggap diwajahnya.

Dia ibuku, wanita yang sangat, sering, dan selalu aku banggakan. Love you mom!

Sunday, October 30, 2011

Dikeroyok tujuh sepatu. Apa yang lebih menyenangkan dari itu?


kejutan manis?
Siapa yang tidak suka?

Berbicara tentang sesuatu tak terduga, adalah saya yang tetiba menjadi periang luar biasa saat datang suatu paket berbungkus coklat.
Sa;ah seoang teman kantor saya sempet melontar candaan "Tas, tuh ada paket. menang apaan lagi lo?"
Tampaknya seisi kantor ( atau mungkin timeline ) tau, jika saya memang hobby banget mengikuti kuis didunia. Tapi kali ini, sepengingatan otak semut saya, tidak ada satupun kuis yang saya menangkan.

Dengan antusias, saya buka kotak tersebut.
Tanpa kehalusan seni seorang perempuan, bukngkusan coklat yang membungkus paket tersebut saya sobek-sobek. dan ternyata...

SURPRISE!!!!!

Tujuh pasang sepatu cantik seakan tersenyum lebar pada calon pemiliknya, SAYA!!!

Huwaaaa, rasanya kepala saya ingin terbang dari bahu, mulut wajah saya mendadak terlalu sempit untuk senyum yang terlalu lebaaarr. AAAAAAAKKKK, INI GAK MUNGKIIN!!!

Saya pecinta sepatu, melihat tujuh pasang sepatu yang masing-masing tertidur cantik berselimut plastik membuat saya kehilangan kendali.

uniknya, sepayu-sepatu tersebut dapat melekuk (seperti sepatu balet) tapi sol bagiannya bawahnya tebal dan kokoh untuk memikaj aspal Jakarta. Melihat logo dari para sepatu tersebut, saya tersenyum makin lebar.

WONDERSHOE!!!!

Hampir setiap hari, website sepatu ini selalu saya buka. Puluhan model sepatu terpampang disana, semuanya cantikk.
Bagaimana saya mengusir rasa girang? septu imipian saya datang bergerombol. TUJUH SEPATU *pingsan*

Sekarang kayanya gak akan bingung menentukan baju mana yang akan saya kenakan setiap harinya, karena apapun pakaiannya, WONDERSHOE sepatunya!!

Thank u WOndershoe :')

Monday, October 10, 2011

Abu

Onggokan kayu yang saling tindih, kelak akan mengabu dalam tungku.
Api sedang mengunyah mereka perlahan.

Kesengsaraan, atau kebersamaan? Entah..

Dihadapan mereka sebuah piano berdiri.
Angkuh tapi terpahami, dia begitu anggun.
Tubuhnya dari mahoni, kepalanya mendongak.

Kita, sepasang kekasih yang bercinta dihadapan mereka.
menghilangkan dentingan, menggantinya dengan desah sempurna.

Tidak ada suara biduan, hanya erangan.
Bisik beradu dengan api yang menggemercik.
Udara begitu cerdik, seakan tau urat nafsu yang harus dibidik.

Suasana panas dan kita semakin ganas.
Mengadu setiap jengkal kulit, menjelajah tiap bukit.
Dengan peluh bercucuran, yang lebih deras dari hujan.

Kita bercumbu, membunuh waktu seakan dia tidak pernah lahir.
Menghidupkan gairah seolah dia tidak akan mati.

Sayang, kamu ingat?
Itu Desember.
Dimana semua menanti waktu berganti, sedangkan aku berupaya setengah mati agar kamu tidak pergi.

Ini Desember, seharusnya aku akan meniup lilin diatas kue besar dan kamu akan menjadi pemilik potongan pertamanya.
Sebelum akhirnya kau pergi, bersama dia.

Semoga kau akan melihat aku dimatanya, saat kalian bercinta.


******

Friday, September 30, 2011

Ada hal yang tidak biasa di Jakarta saat hari Lebaran tiba : Maraknya kendaraan yang tiada. Jalanan begitu lenggang dan bersahabat, kadar karbondioksida pada udara juga berkurang.

Selepas senja, saat beberapa keluarga masih asyik menikmati liburan dirumah, seorang lelaki berjubah putih tanpak kebingungan. Keringat menyembul dari pori-porinya yang besar. Matanya begitu awas akan sekeliling. Pria itu sadar, dirinya akan menjadi santapan hangat para pewarta berita kelak. Jasadnya akan menjadi musuh masyakarat, kasusnya akan memenuhi kepala para polisi, namun sekali lagi, dia sudah tidak perduli.

Jalan layang malam itu begitu kosong, namun hati dan pikiran laki-laki tersebut terlalu penuh. Keputusan memanjat kaki bangunan setinggi dua puluh tujuh meter pun ia lakukan. Sekali lagi, pria ini merasa terancam, dia merasa diikuti hingga perlu tempat untuk bersembunyi.

"Apa kamu tidak punya cukup kata untuk bilang permisi?" suara yang cukup berat sontak membuat pria yang merasa seorang diri ini kelabakan. Bagaimana mungkin dari ketinggian dua puluh tujuh meter dari tanah, ada juga manusia gila macam dirinya yang bersembunyi.

Bibirnya bergetar, suaranya tak mampu keluar, keringatnya semakin berpencar

"Selain tidak mampu bersuara, ternyata kamu juga tidak punya etika ya?" kali ini suara itu menyerangnya lagi.

Pria berkulit sawo matang itu kini mengacungkan senapannya

"Siapa disana? Keluarkan batang hidungmu kalau berani!!" suaranya berusaha menjadi lantang, padahal nyalinya bagai plastik dibakar api, mengkerut.

"Lah kamu gimana sih? Naik ke tempat saya, misuh-misuh, terus minta liat hidung. Absurt sekali kau anak muda" jawab suara itu sekenanya.

Seketika jantung pemuda berusia kirasan dua puluh tiga tahun seperti berhenti. Ternyata dia telah tiba di tempat sebuah patung yang berdiri sejak 1963.

"Ka ka ka kamu ko bi bi bi sa ngomong?" tanya si pria berjubah putih dengan terbata-bata.

"Nah kamu, kenapa bisa sampai disini?" patung itu kembali bertanya.

"Ah, ini pasti mimpi. Mana mungkin patung ko bisa ngomong" lirih si pria berjenggot tebal.

"Ah, ini pasti mimpi. Manusia ko kurang kerjaan amat manjat-manjat kesini" lirih patung itu juga.

Laki-laki dengan rompi dan tas ransel hitam itu semakin carut marut. kejadian ini sungguh diluar nalarnya sebagai manusia. Giginya bergetar, lelaki itu, takut.

"Nak, tolong mukamu jangan bengong. Aku berdiri sambil menunjuk sejak tahun 1963, tak pernah melihat dari dekat begini wajah manusia. Tega sekali kau suguhkan mimik yang tak enak dipandang mata begitu"

"Tapi tapi tapi, tapi saya...."

"Ssstt, sudahlah. Ayo duduk, ceritakan apa yang terjadi"

"Jadi begini om, saya sedang dikejar-kejar orang" jawab si pemuda

"Maaf, belum pernah ku kawinkan tante-mu, jadi jangan panggil saya om. by the way, siapa yang mengejarmu?"

"Banyak sekali oarangnya. Atau mungkin justru seluruh rakyat Indonesia"

"Eh ya ampun, memang apa yang kau lakukan?"

"Anu om, eh pak...." lelaki ini tak berani melanjutkan kata-katanya.

"Anu-nya siapa? ngomong jangan berbelit-belit. Kamu bukan anggota dewan kan?"

"iya pak bukan. Anu, saya sebenernya..... teroris pak" saat menucap kata terakhir, sang lelaki ini langsung menutup mata. dia belum siap mendapat pengadilan dari sosok seberat sebelas ton ini.

"teroris?" tanya sang patung dengan mata terbelalak.

"iya pak" jawabnya sambil menunjuk.

"teroris itu apa ya?" tanya dirgantara dengan polos.

"Tugas kami menteror seluruh kelompok yang berbeda pendapat. Tidak sama, kami sikat?"

Patung itu diam dan mulai berpikir, "Sejak kapan kita semua hidup harus seragam?"

"maksud bapak?" tanya si pemuda.

"Sejak saya bediri disini, saya tidak melihat persamaan dari penampakan luar bangsa ini. SEmua berbeda, baik gaya maupun kata. dan itu yang selama ini membuat saya Percaya diri mengabarkannya ke dirgantara, bahwa Negara kami ini negara kaya. dengan ketidak saam penampilan, dunia harus tau, dalam hati para penduduk Indonesia itu sama, merdeka.

Friday, September 16, 2011

i love u marchi

Hari ke-empat saya bersama si cantik march yang saya panggil Marchi. Saya menyempatkan diri untuk memandikan teman kencan seminggu saya ini. Tanpa terasa, sebentar lagi Marchi akan pergi dari garasi. Tempatnya selama empat hari belakangan.

Hari ini, perjalanan Nissan March akan sedikit berliku. Saya dan partner siaran saya Hilbram Dunar mendapat undangan dari suatu toko sepatu di Plaza Indonesia. Kebetulan saat ini, kendaraan pribadi Hilbram sedang diurus asuransi. Kebetulan, Hilbram sangat penasaran untuk menjajal rasanya menghuni Nissan March.
Hal ini tidak akan menjadi begitu rumit, jika saja supir pribadi saya tidak izin. Karena (lagi-lagi) saya tidak bisa menyupir, maka langkah pertama adalah memikirkan bagaimana caranya nissan march dapat tiba dikantor bersama saya?
R
Entah kenapa seketika saya merasa begitu jenius saat akhirnya menemukan jalan keluar. Jadi, hari ini adik dan kekasih saya akan bermain futsal di kuningan. Saya akan diantar adik saya dengan Nissan March sampai dikantor. Kekasih saya akan datang menjemput adik saya dikantor dengan kendaraan pribadinya. Setelah siaran saya selesai, maka saya dan Hilbram sebagai pengemudi segera menuju plaza indonesia untuk menghadiri undangan. Sepanjang jalan, hibram selalu bergumam "lo adalah orang yang paling merugi tas. Mobil seenak ini dan lo gak bisa nyetir". Saya sedikit mengangguk-angguk. Dalam pikiran sih kebayang "iya juga ya". G

Hilbram juga bilang "tarikannya enak banget. Apa gue ganti march aja ya? Irit kayanya". Hilbram memang penggemar dan pemerhati otomotif. Mungkin itu yang membuat dia bertahan menjadi icon host F1. Sampai di Plaza Indonesia, tak sulit mencari parkir, penata parkir di mall tersebut tampak memanggil-manggil. Akhirnya kami tiba tepat waktu, dan acara berlangsung cukup seru. Saya dan Hilbram mendapat hadiah sepasang sepatu. Senang sekali rasanya!

Nah, sekarang kami kembali memutar otak untuk rute pulang. Saya, Hilbram, March, dan ketidak mampuan saya menyetir. Kami putuskan, Hilbram akan mengantar saya menuju tempat adik dan kekasih saya bemain futsal. Tibalah kami di kuningan dan Hilbram pulang dengan membawa marchi. Setelah usai permainan futsal, saya dan adik menumpang salah seorang teman yang memang tinggal di kawasan Bintaro, dimana disitulah pula kawasan Hilbram bemukim. Kami diantar menuju rumah hilbram.

Tiba dirumah hilbram, partner siaran saya itu sudah lengkap dengan pakaian tidurnya. Memberikan kunci pada adik saya sambil berkata "petualangan keliling Jakarta begini gak akan terjadi kalau kakak lo bisa nyetir". Adik saya dan Hilbram terbahak. Saya akhirnya berkata "iyaaaa, ntar gue belajar nyetir!!". Saya bertekad, saya akan belajar nyetir setelah acara #7dayswithmarch! !

Tapi ngomong-ngomong, acara putar-putar Jakarta itu gak akan seseru itu, tanpa marchi! :D

Wednesday, September 14, 2011

hemat?

Hari ini berbagai hal indah menjelujur dihadapan saya.
SENYUM, adalah hal terindah yang dapat dilakukan dengan bibirmu, dan hari ini mereka tidak berhenti merekah.
Dengan perasaan riang, ditemani adik tercinta, saya menuju salah satu mall di jakarta selatan untuk membeli sepatu bola. Bukanlah saya yang akan akan mengenakannya, tapi sepatu bola tesebut akan menadi sebuah hadiah bagi seseorang yang sangat spesial dimata saya.

Si hitam manis, nissan march menemani dengan setia dan kami tidak membutuhkan waktu lama untuk mencari parkir. Setiap tempat akan terasa lega jika si mungil march yang akan menempati. Saya pun mulai menyelusurui setiap toko olahraga yang ada.

Perjalanan mencari sepatu bola tidaklah mudah. Sejujurnya, saya adalah wanita normal yang awam serta asing dengan segala hal yang berkaitan dengan sepak bola, futsal, atau saudara-saudara olahraga mereka yang lain. Demi cinta ( tsaaaahh ) saya putar melukar mall lebih dari tiga lantai itu.

Toko pertama, pilihan luar biasa banyak sampai proses eliminasi menentukan tiga terbesar. Satu dari kontingan sepatu itu saya suka. Akan tetapi adik saya lagi-lagi membuat steatment kecil yang membuncahkan ranah kelabilan saya : "kalo aku sih, gak suka yang itu". Nah yang gini-gini yang buat saya ragu, akhirnya saya putuskan : LIAT-LIAT YANG LAIN DULU.

Toko kedua, kalo ini kami berdua hanya menyerngitkan dahi, tidak ada sepatu yang menggoda untuk disentuh. Adik saya bahkan hanya melipat tangan didada atau terkadang menaruh kedua tangannya di belakang. Saya hapal mati, pasti itu terjadi karena menurutnya tidak ada yang menarik.

Toko ketiga, NAH! Ditoko ini banyak yang menurut kami berdua bagus, hingga akhirnya kami jatuh cinta pada sepatu yang kami sepakat untuk berkata : keren. Namun sayang beribu sayang, NOMORNYA GAK ADA.

Dengan kecewa dan lunglai kami pun berjalan dan memutuskan kembali ke toko pertama. Disanalah akhirnya sepatu bola siap saya tenteng dengan hati riang, dan otot kaki yang tidak segembira hati. Dengan jalan terburu-buru karena mengejar pukul empat dimana waktunya saya siaran, maka kami bergegas menuju parkiran.

Ditengah-tengah perjalanan menuju parkiran, seluruh etalase toko seakan memanggil-manggil. Padahal saya sudah berjanji pada diri sendiri, tujuan ke mall ini hanya membeli hadiah, bukan mencari hal-hal yang tidak saya butuhkan. Tapi tetap saja, sepasang sepatu cantik seperti merajuk ingin saya tengok. Tidak selesai sampai disitu, etalase berikutnya juga seperti menarik paksa (siapa yang maksa? Masuk sendiri ko xp ) sepotong gaun putih dengan renda kecil dibagian dada juga menggoda.

Setelah (akhirnya) saya menenteng beberapa kantong plastik, kami segera kembali menuju march. Mesin menyala dan ac terpasang, tiba-tiba adik saya bengong dengan tatapan menuju kanan dashboard. Dengan bibir yang tak terkatup, dia berkata "ka, ni mobil parah. Iritnya ga manusiawi. Kita ambil hari sabtu, sampe hari ini, bensinnya cuma kurang 3 bar!!". Saya sempat melongo, memandangi apa yang adik saya lihat. Dan akhirnya saya baru tersadar, dari sejak pengambilan Nissan March ini, saya belum pernah mengisi bensin. Iritnya memang luar biasa, padahal saya termasuk mobile dan sementara march sudah saya pakai tiga hari berputar-putar.
Mobil aja bisa begitu hemat, harusnya kita juga bisa ya mengatur keuangan? Setidaknya, untung ada March

Monday, September 12, 2011

Keindahan yang nyaman


Minggu ceria, hari cerah dimana march hitam menginap dirumah saya hari pertama. Pukul sebelas siang, saya putuskan untuk memandikan si hitam manis ini tanpa bantuan pekerja rumah. Ternyata membersihkan prodak keluaran Nissan ini sangat menyenangkan, tubuh mungilnya membuat saya dengan mudah menjangkau serta menghilangkan debu-debu jalanan yang menempel padanya.

Dengan pancuran air plus sabun pencuci mobil, cahaya matahari membuat teman kencan saya selama seminggu ini begitu berkilau. Tubuhnya begitu elok dibawah sinar mentari disiang hari. Setelah march hitam selesai mandi, kini giliran saya yang akan bersiap-siap membersihkan diri. Rencananya, siang ini saya dan adik bungsu saya akan menuju salah satu pusat perbelanjaan dikawasan Pondok Indah. Saya sedang mencari sebuah dress yang rencananya akan dikenakan untuk undangan perkawinan salah seorang teman di bangku SLTA dulu.

Lelah berkeliling dan tidak menemukan gaun yang saya idamkan, adik saya dan march yang begitu setia kembali menemani perjalanan menuju mall berikutnya di bilangan gandaria. Hampir dua jam saya habiskan untuk mengelilingi toko tersebut hingga hari semakin larut. Pencarian tidak sia-sia, sebab akhirnya baju impian kini telah ditangan. Waktunya untuk mengisi perut dan kami pun jalan menuju Bintaro dimana saudara-saudara saya menunggu untuk makan malam bersama. Pilihan matuh pada nine walk. Suatu tempat dimana berbagai makanan dari mulai ayam, bebek, hingga sushi tersedia disana.

Tiga saudara saya tiba lebih awal, hingga saat march hitam diparkirkan, kata pertama mereka setelah saya turun dari mobil adalah : PARAH, KEREN BANGET!

Saya dan adik saya saling bertatapan, seperasaan kami berdua, tidak ada yang spesial dengan penampilan kami hari ini. Ke-tiga saudara saya tampak memahami ke-GRan kami di situasi tersebut. "MOBILNYA KALEEE!" . Saya dan adik sekali lagi melempar pandang, kali ini sambil terbahak. "gue kira, gue yang keren" kataku sambil mengangkat dagu.
Pertanyaan pun terlempar : "Nemu gak bajunya?", sayapun menjawab "setelah setengah hari tawaf di dua mall, Alhamdulillah dapet". Sambil diwarnai tawa dari saudara-saudara saya, salah satunya menyeletuk tiba-tiba : "Sebenernya bukan tuh baju susah dicari,baju mah dimana-mana ada. Tapi mana yang cocok dan lo rasa nyaman di badan lo".

Well, disitu saya menangkap. Fashion adalah kenyamanan, dimana apa yang kita kenakan dengan perasaan tenang dan senang, maka akan berefek menjadi sesuatu yang indah dan dinamis. Saat Nissan march memberikan kenyamanan luar biasa hari ini, apa yang lebih stlyish dari dia?

Sunday, September 11, 2011

Jatuh Cinta Dalam 20 detik


Hari ini, matahari tesenyum begitu ramah dan menyenangkan sambil mengiringi hati saya nan riang untuk menjemput Nissan March yang akan menemani selama tujuh hari. Tampaknya pula, hari ini rumah saya berlimpahan cinta, mengingat sepuluh september dua puluh sembilan tahun yang lalu, kedua orang tua saya mengikat janji setia mereka, dan pagi ini, mereka berdua seakan membanjiri senyum sedari terbit mentari. Begitu juga saya yang tampak menato bulan sabit di bibir sejak bangun pagi, karena pukul satu, saya akan bertatap muka dengan calon pasangan kencan selama seminggu, Nissan March!

Saya memberikan kedua orang tua saya hadiah berupa "kupon dinner sekeluarga" yang saya buat sendiri dengan kertas gambar. Sebagai anak yang (akhirnya) sudah berpenghasilan, mentraktir keluarga makan bersama itu rasanya luar biasa. Sebagai tambahan, saya akan merayakan acara tersebut bersama NISSAN MARCH :D

Setelah lewat 1 jam dari pertengahan hari, tibalah saya ditemani adik lelaki saya di showroom Nissan yang berada dikawasan MT Haryono. Akibat tingkat traumatis pengalaman diajari mengemudi oleh sosok yang galak dan (menurut saya) cerewet yaitu ayah saya sendiri, maka hingga detik ini, saya tidak bisa menyetir. Jadilah adik saya Audri bertugas mengendarai Nissan March tersebut.

Awalnya saya mendapat jatah Nissan March berwarna kuning, namun dikarenakan adik tercinta tidak begitu piawai dengan kendaraan manual, maka seorang peserta Billy menjadi telihat begitu heroik dimata saya saat dia akhirnya menawarkan untuk betukar kendaraan. Akhirnya, si hitam manis yang super cantik ini berhasil saya gondol pulang.
Pertama kali mendaratkan tubuh kedalam Nissan March, sungguh magis. SAYA JATUH CINTA DALAM DUA PULUH DETIK!!

Dengan tubuh mungilnya (jika dilihat dari luar) ternyata bagian dalam Nissan March cukup luas. Bagasi mereka juga bukanlah hanya sekedar bagasi basa-basi. Sekitar satu koper besar dengan satu koper kecil mampu mereka tampung. Dan sebagai penumpang yang menempati kursi pendamping pengemudi, tidak saya rasakan sempit sedikitpun. Hingga akhirnya saya tiba dirumah untuk menjemput kedua orang tua dan seorang lagi adik laki-laki saya. Luar biasa, 5 orang (termasuk pengemudi) tidak merasa kesempitan sama sekali. Kami sekeluarga menghabiskan banyak sekali tawa dalam perjalanan.

Tidak hanya kenyamanan kelima orang penghuni dalam satu waktu, Nissan March telah menampung tawa, dan cinta kami hari ini. Pertanyaannya : Apa lagi yang lebih luas dari itu? :D

Friday, September 2, 2011

....

Sekiranya bisa, sekali saja aku menjelma menjadi hujan. Akan kuderasi, tubuhmu dengan pelukan..

....

Ada awan di lautan langit biru, ada rekahan bunga merah jambu, ada pusaran waktu. Yang tidak ada, hanya kamu...

....

Kamu yang terang, membunuh aku yang baru membuka mata. Kamu matahari, membuat aku sang embun, tiada...

Sunday, July 31, 2011

Bintang Paling Jalang

Bintang jalang yang serampangan. Bintang jalang paling keparat.

Hitungannya sudah lebih dari 12 bulan dia menggusur akal sehat, lahan paling vital dalam sejarahku sebagai manusia. Satu-satunya tempat dimana aku akan menjadi lebih spesial daripada anjing-anjing liar tanpa tuan atau babi-babi gemuk yang siap menjadi santapan.

Buah-buah pikiran di kepalaku dilahap habis dengan rakus. Lahan itu sekarang tandus, lebih kering daripada gurun tergersang. Makam bagi para musafir yang kehausan.

Kadang dia berjalan, dengan kaki yang sudah dirambati tangkai mawar, menginjak dengan Bintang beban yang lebih berat dari binatang paling besar sekalipun. Dari dalam kepala, perlahan menuju mata, menusukkannya, menuju hidung, menusukkannya, menuju mulut, menusukkannya, menuju kerongkongan, menusukkannya, terakhir, menuju dada, lalu memporakporandakannya.

Selalu begitu, setiap hari.

Saat hari sudah terlalu renta dan akan bereinkarnasi, dia pasti datang, setelah terpejam, bahkan mata terbuka. Pasti datang, selalu begitu, setiap hari.

Mimpi, adalah saat dimana dia mampu keluar dari tubuh, dan aku dapat melihatnya. Bercinta dengan dia, yang bukan saya.

Pagi hari dia kembali bersembunyi, dikerajaannya. Karena dikepalaku dia telah membangun, Neraka rahasia...

Hanya secuil terang dalam pekat gelap, kamu memang bintang yang paling jalang.

Thursday, June 16, 2011

Wanita perkasa itu, ibu dari ayahku..

Tulisan ini khusus saya dedikasikan untuk wanita dengan kulit keriput, mata yang tidak lagi muda, namun pernah membuat seorang pria jatuh cinta. Rasa mereka telah mengundang saya hadir di dunia. Perempuan hebat yang selalu saya banggakan : Nenek saya tercinta.

Saya terbiasa memanggilnya dengan sebutan mami. Beliau adalah wanita yang sangat mandiri. Kakek saya ( Papi ) telah meninggalkan kami semua saat saya berusia sekitar tiga tahun. Dan mami selalu mengabarkan kepada semesta bahwa papi adalah cinta matinya.

Saya kagum pada bagaimana beliau mengemas cintanya dengan luar biasa, karena menurut papa, mereka dulu bukan termasuk pasangan yang romantis. Nenek saya awalnya berprofesi sebagai seorang perawat, hingga akhirnya menikah dengan papi dan memutuskan menjadi ibu rumah tangga.

Mami selalu setia mengikuti pekerjaan suaminya, hingga saat papi menjabat sebagai ketua PBSI selama 22 tahun, mami tidak pernah luput memberikan papi support. Mami juga sangat mencintai bulutangkis karena itu tidak jarang jika para atlit berlatih, nenek saya itu bertugas membuatkan makanan untuk mereka dan kebetulan juga, mami sangat mahir dalam urusan dapur.

Kemampuan memasak mami diatas rata-rata. Masakannya mempunyai citarasa yang luar biasa. Beliau adalah putri padang sejati, jadi berbagai santapan minang mengalir dengan lezat ditangannya.

Sejak papi tidak ada, mami yang saat itu juga tidak lagi muda menjadi wanita karier. Beliau selalu cantik dengan rambut yang rapih, harum, dan sangat memperhatikan Fashion. Setiap pakaian yang dia kenakan selalu serasi. Tidak hanya itu, beliau juga masih aktif dalam urusan per bulu tangkisan. Maka dari itu, kami para cucunya telah diperkenalkan pada raket sejak dini. Namun sayang, kenyataannya tidak ada satu-pun dari cucu-nya yang menjadi atlet.

Tapi mami tidak pernah memaksakan kehendak, dia selalu membebaskan para cucunya menjadi apa yang kami suka. Dari sejak kecil, setiap saya memandangnya saya selalu ingin, suatu hari nanti, aku akan menjadi seperti dia. Untuk saya, wanita super itu ya dia.

Mami punya kebiasan unik, dia selalu enggan untuk dibantu.

"Minta bantuan itu kalau memang sudah dicoba, tapi tidak bisa. Kalo belum dicoba terus minta tolong mulu, namanya males"


Itu salah satu kata yang paling sering keluar dari mulutnya. Di usianya yang ke 83, dengan jalan yang amat sangat sulit, beliau bahkan menolak jika diambilkan minum. Padahal kadang saya gemas melihat gerakannya yang sudah sangat lambat dan terlihat kesusahan. Jadi saya langsung ambilkan gelasnya dan beliau langsung berteriak

"MAMI BISA SENDIRI. ARTASYA. LETAKKAN KEMBALI KE TEMPATNYA". Kwak kwaannggg, akhirnya saya mengalah. Meletakkan gelasnya kembali diatas meja dan menunggu dia sampai untuk meraihnya. Setelah gelas sampai ditangannya, dia akan minum dengan tampak sangat nikmat dan menoleh ke arah saya sambil tersenyum nakal
"Tuh, mami bisa kaaaann?" dan saya hanya mengangguk sambil tertawa.

Saya belum lupa di usia yang sudah berkepala tujuh, dia masih mampu membawa cucu-cucunya pergi ke DUFAN, tanpa PRT dan tanpa SUPIR. Saya yang saat itu duduk dikelas 1 smp juga belum terlalu dewasa menjaga sepupu2 saya yang rata-rata masih SD saat itu. Saya tidak tahan untuk tidak berlari mengantri kora-kora dengan Dinda (saudara sepupu yang seumur) lalu mengabaikan sepupu-sepupu kecil kami yang sudah berhamburan entah kemana. Dan mami saat itu hanya sibuk menelp orang tua kami masing-masing sambil panik karena cucu-cucunya menyebar entah kemana.

Seorang perempuan berusia 70-an, membawa sekitar 5 orang cucunya ke dufan tanpa asisten rumah tangga plus MENYETIR SENDIRI. Kurang perkasa apalagi Nenek saya?

Dalam perjalanan pulang dimana telah lewat senja, kami seperti pulas tanpa suara di mobil karena keletihan. Saat itu saya duduk tepat dibelakang kursi kemudi. Seluruh penghuni kendaraan roda 4 itu senyap. Saya sendiri terjaga malam itu, dan mata kami bertemu dalam kaca spion. Saya masih ingat raut wajahnya saat berkata

"Tasya gak bobo?" dan saya menggeleng
"Cape gak?" Saya menggeleng lagi
"Happy gak?" lalu saya menggangguk.

Disitu saya melihat senyumnya merekah dari kaca spion dan matanya terus menatap saya sambil tetap menyetir

"Alhamdulillah kalo kamu happy" begitu katanya.

Saya balik bertanya saat itu padanya "Mami, are you happy?"

dan dia menjawab "Im so happy"

"Tapi kan mami ga naik apa-apa" jawab saya.

dia menjawab "Im happy because i have u all" dan disitu saya yakin, wanita perkasa yang sedang mengendarai Mercy Jeep pukul 8 malam ini sangat mencintai kami, cucu-cucunya.

Saya punya sejuta kenangan dan cerita tentang beliau yang tidak akan pernah habis bila diceritakan. Namun lagi-lagi waktu memiliki peran yang kuat, menyangkut ingatannya. Alkhir-akhir ini mami mulai terserang pikun parah.

Puncaknya hari ini, kami mengantarnya ke Rumah Sakit Pelni karena mendadak gula darah beliau naik. Spontan kami para cucu dan juga anak-anaknya membawanya untuk diperiksa.

Sebenarnya saya cukup terkejut, terakhir kami berkumpul saat ulang taunnya 2 bulan lalu, beliau masih baik-baik saja. Bercanda dan berkumpul seperti biasa. Hari ini air mukanya berbeda, seperti kosong.

Yang membuat saya semakin sedih, kini dia total tidak dapat mengingat siapapun dari kami, bahkan ayah saya yang merupakan anak laki-laki-nya. Dia hanya berkali-kali tersenyum. Setiap ditanya "Hayo mami, ini siapa?" dia selalu menjawab diiringi tawa "Hehehe, gak tau".

Kami tidak terluka karena dilupa, kami hanya terlalu bersedih membayangkan jika suatu saat dia tidak ada. Karena dia begitu berharga, itu saja.

Aku adalah kenangan diujung memorinya yang mungkin terlupa, namun dia adalah dasar ingatan, bagaimana aku bisa sampai didunia.

i love u mami, we love you. Cepat sembuh...

Tuesday, June 7, 2011

Me Likey!!


Anda punya mimpi?

Liat mobil saya didepan? itu hasil MLM lho!

Eh, aku kangen banget sama kamu. Lama ya ga ketemu dari SMA. Kamu sekarang kegiatan-nya ngapain? ketemuan yuk! *saat pertemuan* Hai ciiinn, pa kabar. Makin cantik aja, sinniii deh duduk. Eh eh, kamu punya mimpi gak? mayan lho buat nambah2 *atau bahasa lainnya yang artinya* SELAMAT DATANG DI MLM :D

Lumayan sering denger ga sih sama pick up line diatas? Saya duluu banget jaman-jamannya lulus sma sering banget ditelp-nin temen yang ngakunya kangeenn terus ngajak reuni, buntut2nya nawarin jadi downline.

Disini banyak banget sebagian orang jadi semacam anti dengan MLM dengan alasan mengganggu. Kalau saya pribadi, sejak dulu ga pernah ada masalah seputaran dengan MLM. Masalah temen presentasi sih tinggal bilang "belum tertarik bro, ga bakat!".

Sebelum kalian malas baca tulisan saya, atau mengira saya mau "prospek" kalian, TUNGGUUUUUUU!! jangan di close dulu :D saya ini cuma mau sharring aja. Sampe sekarang saya juga ga ikut-ikutan tuh MLM. Hehehe..

Ini soal sesuatu yang tidak sengaja,

Berawal dari teman kantor yang menjadi bagian dari member Oriflame dan meletakkan buku dagangannya diatas meja. Saya yang waktu itu meminjam komputer di cubical-nya lalu spontan membalik-balikkan majalah yang berisi prodak-prodak oriflame. Karena iseng, saya beli lah itu nail polish sama body butter dan ternyata, kok enak? Harganya juga ga mahal booww ( body butternya 50 ribu ajyaahh ukuran besar ) sejak itu mulai sedikit banyak saya coba prodaknya yang lain-lain.

Yang ingin saya bahas disini adalah salah satu parfume-nya yang membuat saya jatuh cinta, THE BABES !!!

Gimana gak jatuh cinta cobaakk?
dari kemasannya lucu bangettt. Sebenernya saya naksir yang botol yang strawberry, dan sempet bingung cukup lama (baca : labil) untuk memilah yang mana yang harus dipilih sampai akhirnya yakin : KIWI !!!

Kenapa Kiwi? karena yang pertama, aromanya super segar. Apalagi saya termasuk perempuan dengan pekerjaan yang cukup aktif dan mobile. Jadi aromanya si kiwi ini kaya ngasih semangat gitu tiap pindah tempat. Dan yang saya cukup kaget adalah, aromanya tahan lamaaa ( atau memang saya tidak bau2 amat ) tapi yang pasti review untuk prodak yang satu ini ok sekali.


Kalo saya Kiwi bangett, kalian pilih yang manaaa? :D


****

Friday, June 3, 2011

Menunggu..




Aku punya cerita.
Kali ini tentang : Menunggu...

Kalian pernah tau rasanya terjaga hingga menjadi saksi, dari lahirnya matahari?
Bermata terbuka ditemani keringat yang tidak menetes itu cukup mengganggu, setidaknya hari ini.

Aku merasakan sunyi paling bising dengan pipi yang basah.
Menatap kotak berisi gambar bergerak, tidak dengan maksud atau seperti kehilangan alasan untuk tidak beranjak.
Tapi tidak satupun dari apa yang mereka bicarakan atau lakukan didalam televisi itu aku pahami, aku hanya ingin
memastikan, aku punya kegiatan.

Bermata kosong dengan harapan tidak kesepian.
Ternyata sepi itu terlalu gaduh, aku menunggu sesuatu yang belum juga tiba. Menjaga tempat yang dia tinggalkan, dengan harapan dia cepat pulang.

Ada suara detik, yang tidak pernah berhenti.
Aku telah mengumpulkankannya menjadi musim hujan yang belum juga datang.
Aku percaya, Tuhan telah mengutus salah satu utusan yang tidak pernah mampu manusia lawan, waktu.
Dan aku telah menjadi pecundang-NYA yang paling konyol, saat memposisikan diri sebagai penantang.

Inilah hasil dari kekalahan tertotol, emosi yang tidak lagi mampu aku kontrol.
Sekarang aku menunggu diam dibalik pintu.

Ramai belum juga mau datang, televisi ini juga masih menyala, suaranya numpang lewat diterima.
Tapi samar-samar aku mendengar kayu terketuk.

"Siapa?" tanyaku tanpa menoleh pada pintu dibelakang kepala.
"Aku mengantarkan surat" sahut suara didepan.

Aku buka pintu dan menabuhkan tanda tangan pada secarik kertas sebelum surat beramplop putih sampai pada ke-lima jemari. Pria bertopi dengan jaket biru tua itu sempat bilang "Maklum birokrasi. Bisa minta lagi parafnya disini? Hanya untuk tanda bukti suratnya sudah sampai". Aku tidak membalasnya dengan kata, hanya melakukan apa yang dia perintahkan.

Sekarang aku kembali duduk diposisi semula, dengan amplop yang aku buka dengan hati-hati.
Secarik kertas tanpa garis dihiasi beberapa kata.


"Jika aku belum juga pulang, mungkin waktunya kamu untuk berdiri, keluar dan mencari aku, atau mungkin kita tidak akan pernah lagi bertemu. Tertanda, Hati-mu"




Aku meraba lubang dibalik dadaku, kosong...


********

Friday, May 27, 2011

Ini bukan kisah romantis






Ini bukan kisah romantis...



Ini tentang peperangan yang terjadi dalam segumpal tubuh, dimana kebencian dan dendam menjadi pemandu sorak paling gaduh.



Aku disini saksi, atas segala kecupan yang sempat bersujud di penjuru lapisan kulit.

Diam-diam menggerogoti syaraf-syaraf, hingga untuk bernafas pun sulit.



Ada kamu di angkasa, bercinta di udara yang lari tunggang langgang.

Menolak kau hirup, mereka menyelamatkan diri saat perang mulai terjadi.



Adalah dua katup bibirmu yang menganga, memaksa dunia untuk percaya atas ejakulasinya semua kata.

Prilaku menentang, dia tidak pernah setuju. Karena sesungguhnya, Kata dan prilaku adalah musuh paling bengis.



Beruntungnya aku...

Sekali lagi menjadi saksi. Dimana dua prajurit tadi saling menikam, menuduh, berusaha membunuh satu sama lain, di tubuhmu.



Jika seseorang berkata Lelaki adalah persatuan antara kata dan prilaku, berarti kematianmu hanya tinggal menunggu waktu...



Sudah aku bilang, ini bukan kisah romantis.



****

Wednesday, April 20, 2011

Selamat dari Masa lalu


Hari ini mungkin adalah hari bahagia untuk seseorang. Apalagi dia yang bertambah satu usia dan meniupkan lilin-nya tadi malam ditemani senyum seorang gadis.

Jangan berpikir gadis itu aku. Karena wanita cantik itu adalah masa depannya, sedangkan aku perempuan dari masa lalu yang memiliki sejuta kenangan dengannya.

Disini aku tidak bicara tentang cemburu, tapi tentang rasa yang terlalu asing untuk memiliki nama atau istilah. Aku menyayanginya, jelas. Dia salah satu pria terbaik yang pernah dianugrahkan Tuhan.Tapi dulu aku terlalu tuli untuk mendengar perintah-NYA untuk memberinya cinta yang layak.

Dimulai dari kedatangan April, aku ingat lewat 5 hari dari pertengahan bulan adalah hari yang istimewa untuknya. Dia, yang telah diperintahkan Tuhan juga alam untuk memberiku pelajaran.

Aku telah lama untuk tau sekarang, kini malam minggunya tak lagi sendiri, seorang gadis cantik telah menemaninya. Begitu juga aku, yang telah diberikan lagi hadiah indah berupa kekasih yang begitu hebat. Aku yakin masing-masing dari kami bahagia. Disini aku hanya mencoba berbagi, tentang perasaan yang namanya tidak aku ketahui.

Dibuka dengan ucapan "Heeeeyyy, happy birthday!! wish u all the best" dan dibalas dengan kata "hai kamu, terima kasih" dengan nada canggung. Ya, mungkin dia masih canggung untuk kembali berkomunikasi dengan aku yang pernah membanting hatinya dari atas angkasa.

Pembicaraan kami lalu berlanjut dengan sederhana, membicarakan kehidupan sehari-hari. Dia juga bercerita kalau hari ini adalah hari istimewa bagi gadisnya karena kini resmi lulus dari kuliah. Aku bahagia, mereka sungguh pasangan dengan aura terbaik di dunia.

Rasa asing yang aku sebut-sebut itu justru saat pembicaraan mengarah ke arah "katanya mau menikah ya?" dan dia menjawab "Doain ya, InsyaAllah akhir taun atau awal taun depan". Aku merasa udara sempat bersembunyi dariku selama satu detik, dan ini bukan cemburu ( setidaknya aku kira begitu ) karena aku tau, dia sangat pantas mendapatkannya.

Selama bersamanya aku tau, jika nanti dia tersesat di Neraka, para setan disana akan segera mengusirnya. Karena dia terlalu suci untuk disiksa, disini aku hanya ingin berbagi tentang apa yang aku rasa. Sebongkah rasa bahagia yang belum aku tau takarannya, tentang seseorang yang pernah berjasa, menyambut hari istimewanya dengan dia yang bukan lagi saya.

Tanpa mengecilkan posisi siapapun disini, aku bahagia dengan sangat. Untuk dia, dan untuk kekasihku yang selalu bertangan terbuka dan membiarkan aku menghambur dalam peluknya.

Tidak ada yang lebih baik, karena hari ini, adalah yang terbaik. Masa lalu tidak mampu kita ubah, tapi masa depan selalu dapat kita perjuangkan.

Selamat Panjang umur, dan bahagia :))

Tuesday, April 19, 2011

Bertemu Ibu


Jakarta, 17 juli 2009

Kemeja putih yang dibalut jacket kulit berwarna hitam membuat penampilannya semakin terlihat gagah, sekarang dia tinggal memakai kaos kaki dan sepatu.
Setelah itu tangannya yang kurus mengambil sisir untuk menata rambut-rambut tipis yang masih klimis.
Kini dada dia busungkan, matanya tajam menusuk cermin.

Seorang gadis kurus berkulit coklat mengintipnya di balik pintu


Ayah sudah siap?”

Sudah, adik2mu sudah siap?” jawab lelaki paruh baya itu sambil mengalihkan pandangannya dari cermin.

Bima baru selesai aku mandikan, Yudha sudah siap daritadi” sahut perempuan mungil yang setengah tubuhnya tersembunyi dari balik pintu.

Bagus kalau begitu, kamu ko belum siap?

Iya, aku baru mau ganti baju

Pakai bajumu yang paling cantik ya nak” jawab sang ayah sambil menaikan resleting jacket-nya hingga leher.


*

Jakarta, 13 Mei 2009


Saya mohon pak, 1 minggu lagi pasti saya bayar!

TIDAK BISA!! Ini sudah yang ke tiga kalinya anda berjanji” seorang pria Tionghoa menaikan nada suaranya.

Saya mohon pak, saya sudah mengirim lamaran kerja. Minggu depan saya dapat jawabannya” dengan menahan tangis, pria berkumis tipis ini masih terus merajuk.

HEH, emang lo pikir di Jakarta yang ngirim surat lamaran cuman elo?? Ratusan orang jadi sarjana dalam sehari yang lagi ngirim surat lamaran. Jadi jangan berharap ketinggian!!” jawab sang pemilik kontrakan sambil mebelalakan matanya yang kecil. “Saya beri waktu 3 hari untuk beres barang2!!” pungkasnya.


*


Jakarta, 17 Juli 2009

Ayah, tempatnya bagus banget!” mata gadis yang hari ini bertambah 1 usianya berbinar melihat interior di sekelilingnya

Iya doonk,kan akhirnya ayah kita udh jadi bos!!” yudha kecil terlihat begitu bahagia, tawa tak pernah berhenti menghiasi wajahnya

Udah..udah..ayo mau pada pesen apa?

Wati bingung ayah mau makan apa, ayah aja yang pesenin” sembari sesekali membelai adik bungsunya yang masih berusia 3 tahun.

“Aku mau burger boleh ayah?” bocah berumur 7 tahun ini bertanya

Tentu boleh doonk, si bima kira2 mau makan apa ti?”

Bima paling nasi goreng aja yah,biar gampang nyuapinnya

Yaudh,pokoknya semua hari ini harus makan yang enak!!” sang ayah pun menatap satu per satu anaknya yang tampak tidak lagi bisa menghentikan senyum di wajah mereka.


*

Jakarta 18 Mei 2009

“Hallo…iya saya sendiri”

“……………………………”

Jadi permohonan saya diterima?

“……………………………….”

Kapan mulai pelatihannya?

“………………………………………………..”

Baik, besok saya kesana, terima kasih”




*

Jakarta, 17 Juli 2009

Ayaaahh, aku kenyaaaanng!!

Yaiyalah yudhaa, gimana ga kenyang, kamu makan burger segede itu trs makan mie goreng, tuh perut kamu kaya mau meletus

Yaudh wati ,gak apa-apa. Yang penting hari ini semua senang kan?” Senyum tipis terlihat sering keluar dari pria 37 tahun itu hari ini. Tubuhnya kurus, kulitnya hitam, matanya sendu dan kosong. “Sekarang ada yang mau pesen ice cream gaaaa?” lanjutnya kepada dua orang bocah dan seorang balita yang brau selesai mengunyah.

Hah,boleh ayah?

Boleh doonk, pesan sesukamu

Tak lama kemudian, seorang berkemeja putih, rok hitam selutut, dan memakai rompi hitam mendatangi meja yang sedang berpesta itu, dia membawa kue tart besar, lengkap dengan lilin 13

"Selamat ulang taun..kami ucapkan…selamat panjang umur, kita kan doakan, selamat sejahtera sehat sentaosa, selamat panjang umur, dan bahagiaaa…..tiiiiuuuuupp"

Banowati kini berusia 13 tahun setelah berhasil meniup lilinnya, masih dengan tangan menggendong bima kecil, gadis itu tidak berhenti memamerkan senyumnya
Semua memberi selamat, ciuman sayang dari sang ayah, cium tangan dari adiknya Yudha, dan tatapan lugu bima yang masih berusia 3 tahun.


Anak-anak apa kalian bahagia?

Ayah, hari ini adalah hari paling membahagiakan seumur hidupku!” yudha menjawab dengan riang.

Banowati, apa yang kau inginkan di hari ulang taunmu?

Aku ingin ibu ikut merayakannya, aku ingin ibu juga mencoba daging sapi yang tadi kumakan

OK, kalo begitu sekarang semua tutup mata dan bayangkan kita semua sedang bersama ibu, ayah hitung ya

1



2



3










------------DUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUAAAAAAAAAAAAAAAAAAARRRRRR--------------


*

Jakarta, 16 Juli 2009


Tanah itu begitu lapang, hanya gudukan2 berisi tulang tanpa nyawa bersemayam.
Hari ini begitu gelap untuk hatinya…hati seorang pria yang bersimpuh pada 1 nisan

Istriku, ak mungkin belum sempat menjadi suami yang baik untukmu.Aku bahkan belum sempat membelikanmu perhiasan emas. Aku juga belum menjadi ayah yang baik, karena aku tidak bisa menyekolahkan anak-anakku. Memberi mereka makanpun rasanya semakin sulit, aku seakan tak mampu membuat mereka bahagia.
Dengan kondisi yang terus menerus begini, aku hanya menambah “aku-aku” di masa depan. Dan aku tak ingin anak2ku mengalami apa yang aku rasakan, yang kita rasakan. Maafkan atas keputusanku, aku hanya ingin mereka merasakan bahagia setidaknya 1x dalam hidupnya




*



Bom meledak di Hotel X pada pukul 12 siang, terhitung 15 orang meninggal dunia, 27 orang dalam luka parah, dan puluhan orang mengalami luka ringan…



**

Thursday, April 14, 2011

Malaikat Bukan Kamu


Ada rindu yang ingin aku pecahkan hari ini...

Tempat ini mengandung begitu banyak kenangan yang belum mampu aku singkirkan.
Kemeja berkantung satu dengan tulisan OSIS didada ini adalah salah satu baju paling indah sekaligus paling na'as, dimana aku menanam sesal yang begitu menyesak hingga dadaku robek lalu nafasku berhamburan hingga sekarang.

Aku berdiri tepat dibawah pohon rindang dimana hampir 4 tahun yang lalu, aku mengubur harapan. Ada rasa kalut yang terlalu bertubi-tubi sejak kembali menginjak tempat ini.

Aku pengecut, dulu. Akan kuperbaiki, hari ini!

"Kamu mau diam sampai kapan? Aku tidak memberimu banyak waktu". Suatu suara membuyarkan semua lamunan, tentang aku, kamu, dan kita dulu.

"Iya tunggu, waktu istirahat saja belum tiba. Kita tunggu sampai bel berbunyi" jawabku setengah kesal pada satu sosok yang tak ku tau namanya.


*


Apalah arti sebuah nama, mungkin adalah pribahasa paling tepat untuk mahluk yang sedang bersamaku saat ini. Dengan tiba-tiba, dia muncul tadi malam tanpa undangan dan berkata kedatangannya itu perintah.

Aku sempat membaca ayat kursi dan semua ayat-ayat suci yang kuhafal, tapi mahluk itu tetap diam tak bergeming selagi aku komat-kamit tak karuan. Tanpa komando dari siapapun, aku pingsan. Setelah aku mendapatkan kembali kesadaran dengan kepala yang masih berkunang-kunang, sosok itu masih saja ada dihadapanku. Kali ini dia bersuara,

"Mau kamu pingsan 100 kali pun saya tetap ada disini" begitu katanya.

Baiklah kalau memang dia bisa diajak berkomunikasi, aku tidak usah pingsan.

"Kamu siapa?" tanyaku ulang

".........."

"Baik. saya ganti pertanyaannya, kamu apa?" kataku sekali lagi.

".........."

Baiklah, mahluk ini cukup membuatku kesal. Dari 2 pertanyaan yang aku lontarkan, dia hanya diam mematung dengan muka yang menyebalkan.

"Kamu mau ngapain?" tanyaku dengan emosi yang sedikit membuncit.

"Menjemputmu" jawabnya singkat dengan muka datar.

"Enak aja. Kamu pikir saya takut ya sama mahluk-mahluk kaya situ" kataku seraya mengacungkan sapu yang aku ambil tepat disebelah tempat tidur. "Siapa yang nyuruh kamu?" lagi-lagi aku bertanya membabi buta.

"TUHAN"

".........." kali ini aku yang diam. Aku tak punya sedikitpun kekuatan untuk mengeluarkan suara apalagi serangan. Perlahan jari-jari yang tadi menggenggam sapu dengan begitu kuat mengendur.


*


Singkat cerita, setelah aku bernegosiasi dengan mahluk aneh yang tidak menyebut namanya itu, aku diberi 1 kesempatan untuk melaksanakan apa yang ingin aku selesaikan. Karena itu aku di izinkan untuk meminta 1 permohonan, tadinya aku sempat menawar 3, tapi dengan dalih dia bukan "om jin" maka bahkan untuk bertemu di angka 2 saja dia tidak mau.

Baik, dengan 1 permintaan terakhir, akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke masa 4 tahun lalu. Dimana karena satu perbuatan, selama ini aku menimang penyesalan.

Adalah Naniek, cinta pertamaku yang belum mampu aku usir dari kepala. Dia terlalu indah untuk dilupa, dan aku terlalu bodoh untuk mendapatkannya. Ketakutan akan ditolak, minder, dan lain-lain membuat aku gigit jari selama 4 tahun.

Sampai detik ini, aku belum mempunyai kekasih sedangkan Naniek telah menikah, dan bukan denganku pastinya.

Melihat Naniek di jejaring pertemanan dunia maya membuat aku selalu ingat akan senyumnya, belum berubah, hanya sekarang dia tersenyum berdua, dengan pasangannya.

Aku selalu yakin, jika denganku, senyum Naniek pasti akan lebih indah dari itu. Akulah pria yang dapat membuat Naniek menjadi perempuan paling cantik di dunia, hanya saja belum pernah aku ucap langsung dihadapannya.

Sebelum aku mati, aku telah meminta 1 permohonan terakhir. Aku ingin kembali ke masa lalu. Bertemu dengan aku yang dulu. Aku ingin "aku di jaman dulu tau" kalau aku dijaman sekarang hidup tersiksa, karena tidak mampu bersuara.

Aku ingin mendorongnya untuk memberikan sebait puisi cinta yang aku tulis 4 tahun lalu, tapi berakhir dibawah pohon besar itu. Karena aku terlanjur melihat temanku Adi, menyatakan cintanya pada gadis idamanku terlebih dahulu, dan aku cemburu.

Hari ini aku datang, untuk menghalangi "aku" di masa lalu mengubur tulisan penghantar rasaku pada Naniek. Dibawah pohon besar yang menjadi saksi atas kelalaian, aku akan merubah masa depan.

"Apakah bocah laki-laki itu kamu?" tanya si mahluk besar seraya menunjuk seorang lelaki bertubuh kurus sedang duduk diatas bangku sendirian, sementara murid-murid lain berhamburan menuju kantin.

"Iya" jawabku sambil tersenyum menatap "aku" 4 tahun lalu

"Pantas patah hati" imbuhnya datar

"Apa katamu? aku tidak percaya diri, makanya aku duduk dikursi, menunggu Naniek keluar kelas seorang diri. Baru akan kuberikan surat yang ada digenggaman tanganku itu." jawabku kesal

Dengan mata kepalaku sendiri, aku melihat kejadian yang paling aku sesali terulang lagi. Naniek keluar tidak sendiri, tapi bersama adi. "Aku" 4 tahun yang lalu menunduk sedih sambil memasukan surat itu kedalam saku. Sedangkan aku yang sekarang telah bersiap dibawah pohon untuk menghalangi "Aku" 4 tahun yang lalu itu mengubur cintanya.

"Kamu tau bedanya kau dan lelaki yang pergi bersama gadismu itu?" tanya si sosok besar.

"....." aku menggeleng

"Lelaki itu berani menjemput, sedangkan kamu hanya menunggu" pungkasnya.

Aku hanya diam, pernyataan itu adalah yang paling pahit aku dengar untuk seorang aku yang akan mati, BESOK!

"Aku akan membayarnya hari ini, aku akan menghalangi "aku" yang dulu untuk mengubur surat itu. Dia harus berbalik badan dan tetap menyampaikannya. Semua ini harus berubah" jawabku penuh emosi.

"Kamu yakin?"

"Tentu"

"Pernah terpikirkan oleh kamu, jika Gadis itu menjadi milikmu dan kamu mengukir senyum paling Indah di wajahnya, besok kamu akan membunuh senyumnya."

"Maksudmu?"

"Kamu harus 'pergi' besok, aku sudah katakan dari awal."

Aku dihadapkan pada pilihan : Mendapatkan orang yang paling aku cinta lalu menjadikannya kesepian atau, Mati sendirian.

"Aku" 4 tahun lalu semakin mendekat, kulihat dia menggali tanah-tanah dibawah pohon ini dengan emosi. Aku hanya diam.

"Kamu tak jadi menghentikan dia?" tanya mahluk besar sambil menunjuk "aku" 4 tahun lalu.

Aku hanya bisa kembali diam mengamati "aku" 4 tahun lalu selesai mengubur mimpinya.

"Aku pilih yang kedua, karena terlalu mencintainya."

Sosok besar itu hanya diam, dan siap mengajakku pergi. Tapi aku terlalu lemah untuk menahan pertanyaan :

"Apa kamu pernah jatuh cinta?"

"Malaikat bukan kamu" jawabnya.


*********

Monday, April 11, 2011

Untuk kalian yang tidak merasa Indah..




Dari judul diatas, saya akan mengakui bahwa saya adalah salah satu yang dituju untuk tulisan yang diketik oleh tangan saya sendiri.
Tulisan ini mungkin akan mewakili satu dari ketidak puasan manusia atas apa yang dia punya.

Berawal dari masa kecil saya yang sangat berbahagia (sangat) dimana Ibu saya selalu mengkonsumsikan susu hingga makanan terbaik yang dapat mereka berikan saat itu. Jelas masa itu, saya seperti bongkahan daging yang siap menggelinding.

Bagi sebagian orangtua mungkin akan merasa sangat bangga saat buah hatinya yang berusaha 5 tahun di suguhi kata "Aduh, gemuknyaaa" sambil mencubit gemas. Tapi apa yang terjadi jika kalimat yang serupa diulang saat sang anak menginjak usia 12 tahun?

Adalah saya yang selalu berjalan dengan kepala tertunduk saat teman-teman satu angkatan, memanggil saya dengan sebutan "TURBO" atau TURnunan keBO. panggilan itu tercetus saat menduduki kelas 6.

Namun saat masih sekolah dasar, saya yang berbekal ilmu bela diri pencak silat dapat menghajar siapapun anak laki-laki yang menyebut saya TURBO. Kala itu saya berambut keriting, kulit coklat terbakar, dan tubuh tambun. Penggaris kayu untuk papan tulis pernah saya daratkan ke arah punggung seorang murid karena menyebut kata itu tepat dimuka saya.

Namun kembali, saat panggilan itu dilakukan ulang saat menginjak Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTA/SMP) saya seperti lumpuh. Tidak ada tendangan atau pukulan yang bisa saya lancarkan. Pertama kali, karena kata itu, saya menangis.

Saat pelajaran kesenian yang mengharuskan para siswa membawa seruling. Seruling saya hilang, tidak tau siapa yang menyembunyikan. Saya menuduh salah satu murid yang memang sering sekali menjahili saya, dan dia mengelak dengan kembali menyerang saya dengan kalimat-kalimat seperti : Dasar GENDUT, JELEK, TURBO, dll dan diiringi oleh pengulangan kata yang sama oleh teman-temannya.

Pojok kamar mandi lantai 4 gedung lama Al-azhar pusat dijalan sisingamangaraja adalah saksi, dimana saya menangis terisak, sampai udara rasanya sulit saya temukan. itu juga kali pertama, saya menggigiti lengan saya sendiri. Saya benci, oleh lemak-lemak yang tertimbun disana. Saya ingin daging lebih itu pergi, saya ingin anak-anak lelaki itu mengerti, bahwa saya sakit hati.

Saya sadar, memiliki gangguan cemas sejak dini. Saat anak seusia saya mulai melirik dan dilirik oleh lawan jenis, saya tidak mengalaminya. Lelaki yang selalu menyita perhatian saya ternyata lebih memilih sahabat saya untuk pacar pertama. Hal itu mungkin dapat saya terima, tapi saat kata "TURBO" keluar dari mulutnya, luka pertama saya rasa, dan terus ada didalam kepala.

Hari itu adalah kamis (saya ingat karena berbatik). Saya turun dari masjid selepas sholat Dzuhur yang dilaksanakan berjamaah di Masjid agung Al-azhar. Saya kembali menuju kelas karena masih ada 2 mata pelajaran lagi. Dengan masih menginjak sendal jepit, sesampainya dikelas saya tidak menemukan sepatu L.A GEAR edisi Michael jackson kesayangan saya. Seperti menghilang dan saya kelabakan mencarinya.

Sambil setengah menahan tangis (karena beberapa butir air mata terlanjur tumpah) saya mencarinya "SENDIRIAN". Karena teman-teman asik menertawakan aksi saya saat itu. Akhirnya pecah tangis saya ketika Pak ceceng (Pak rachmat) masuk kedalam kelas dan mempertanyakan saya yang masih beralas sendal, sedang teman-teman sudah berganti dengan sepatu mereka.

Akhirnya seluruh kelas dipaksa untuk mengaku dan 3 orang murid laki-laki mengambil sepatu saya dari LOTENG. Seketika sepatu saya yang berwarna dasar putih berubah menjadi coklat ke abuan. Sepanjang pelajaran PPKN yang dipimpin Pak Rahmat, saya tidak mampu meredam betapa bencinya saya pada anak-anak itu. Hingga waktu pulang sekolah, saya putuskan untuk mendatangi mejanya lalu meninju mukanya. yang masih terekam dikepala saya adalah saat saya memukulinya dengan membabi buta lalu dia bangkit dan memukul balik. Itulah pukulan pertama saya dari seorang laki-laki, saat 1 SMP.

Saya terdiam dan menangis,dia terus mendorong saya dengan umpatan-umpatan. Kata yang masih sangat menyakiti hati saya hingga sekarang adalah "GENDUT" karena itu adalah kenyataan, yang belum mampu saya lawan.

Hari itu, pertama kalinya saya tiba dirumah dan langsung masuk kekamar mandi. kembali menangis mengamati diri sendiri dihadapan cermin. Lalu menjadi hari pertama, saya resmi menjadi bulimia. Saya memasukkan telunjuk dengan paksa menuju kerongkongan. Berharap segala jenis makanan yang sudah saya telan akan keluar, dan saya tidak perlu khawatir akan menjadi GENDUT.

Itu adalah rahasia, saya dapat melakukannya dimana saja. Kata perangsangnya cukup satu : GENDUT. Jika hal tersebut mampir ditelinga, maka kamar mandi langsung menjadi sasarannya. Tidak jarang saya menangis setelah itu, lalu mengkasihanin diri sendiri.

Saya Bulimia hampir 10 tahun tanpa menaruh peduli pada efek sampingnya. Hal itu padahal jelas tidak membuat saya menjadi lebih langsing, tapi saya sedang membohongi diri sendiri dengan mengurangi perasaan bersalah atas apa yang sudah saya makan.

"Big is beautifull"

"Be yourself"

"Syukuri aja apa yang dikasih Tuhan"


Itu semua adalah kalimat yang selalu saya pakai untuk menenangkan diri, hingga ada satu masa dalam diri saya berkata, CUKUP!!

Saya akui : Saya tidak nyaman. Tuhan tidak memberikan tubuh gemuk! Tuhan memberikan kita nyawa, tubuh, dan KEHENDAK. Kuncinya adalah pada kalimat terakhir. Saya sadar, saya punya pilihan.

Ada saat saya mencoba berdamai dengan diri sendiri. Mencoba untuk menerima bentuk tubuh saya, dan lain-lain. Tapi kenyataan itu hanya berlangsung 2 tahun. Saya belum legowo saat orang berkata "gendut lo" atau bercanda terkekeh "Alaaaahh, dasar gendut". Untuk saya, "GENDUT" adalah kata terburuk juga pedang tertajam dari apapun. Saya trauma.

Satu-satunya agar kata itu tidak lagi mampir ditelinga saya adalah : TIDAK GENDUT.
Dan saya sadar, mereka tidak meledek, tapi berkata sebenarnya. Seperti salah satu teman saya yang cukup dekat, namanya Adit. Saat saya menjalani program diet, ada saja kalimatnya "kalo Rahne gue percaya, kalo Tasya mah apa tuh" sambil menunjuk perut saya. Bahwa sesungguhnya itu adalah hal yang sangat membuat saya terluka dan saya harus akui, dia mengatakan yang sebenarnya. Tidak ada jalan untuk saya kecuali berubah, bila saya memang tidak ingin kata itu mampir lagi ditelinga.

Diet secara sehat adalah pilihan saya, daripada saya harus terus menangis dalam hati dan tidak terima bahwa "gendut" itu memang kenyataan saya.

Sekarang saya menangis, membenci diri sendiri, tapi tidak mau melakukan perubahan. Saya terus menangisi dan mengutuk kegemukan saya dengan tetap melahap mie, junkfood, ice cream dengan porsi berlebihan, lalu membenci mereka yang mengatakan kenyataan?

Dalam diet ini saya lebih mengedepankan terapi atau meditasi ringan untuk diri sendiri. Seperti taat pada aturan yang saya buat sendiri. Sarapan saya hanya susu (non fat), siang saya boleh makan apa saja secara bebas sebebas-bebasnya tapi hanya 1 kali makan. Jadi saya hanya memperbolehkan diri saya mengunyah makanan selama 1 jam. Itupun setiap kunyahan saya nikmati pelan-pelan. Saya makan dengan "sadar" dan kenikmatannya luar biasa. Belum lagi, kita seakan mampu mendengat tubuhmu sendiri. karena kadang kita mengkonsumsi makanan yang "KITA MAU" bukan yang "TUBUH KITA BUTUHKAN". Malam, susu non fat kembali beraksi, dan tidak ngemil :))

Diet saya ini telah berlangsung selama 6 hari, dan lumayan sudah turun 2 kilo. Hehehehe, biasanya saya rutin diet sekitar setahun sekali. Cuma biasanya tidak sampai "langsing". Jadi sekarang tubuh saya nanggung. Dulu saya GENDUT sekali, maka itu diet sekarang ini, semoga aja bener-bener bisa sampai "langsing" hehehe.

Tapi disini saya benar-benar menggaris bawahi, bahwa semua itu pilihan. Dan tidak ada yang "lebih baik daripada". Saat siapapun dapat berdamai dengan dirinya sendiri dan menikmati apa yang dia punyai, itu pasti akan sangat menyenangkan.

Karena sesungguhnya, Indah adalah selaras : antara kamu, dan apa yang nyaman menurutmu....

Hallo Cantik :))



************

Tuesday, March 29, 2011

Plastic Heaven


kalian pernah melihat Surga? Jika belum, izinkan saya bercerita tentang sebuah tempat dimana sebagian manusia menganggapnya sebagai tempat paling Indah.

Dengan berbekal uang Seratus Lima puluh ribu, kita mungkin akan bertemu. Tapi belum tentu, kalian boleh menyentuhku.

Berawal dari seorang pria yang merupakan tetangga lama kami yang sudah terasa sebagai keluarga. Pak Gunawan, lelaki keturunan Tionghoa ini cukup akrab dengan keluargaku di kampung. Beliau adalah perantau Ibukota yang kadang pulang dua bulan sekali untuk menjenguk anak istri. Karena sang istri merupakan saudara jauh ibu, maka ikatan silaturahmi kami cukup dekat. Hanya saja, Pak Gunawan selalu merasa tidak kerasan tinggal dikampung dalam kurun waktu lama. Alasannya, beliau merasa terasingkan oleh warga karena berkulit pucat dan bermata sipit.

Pada suatu hari, Pak Gunawan bertamu kerumah sambil membawakan oleh-oleh dari kota. Akulah yang mengantar teh untuk pak Gunawan, Mbak Sri (istri beliau) pergi kekamar bersama ibu.

"Ini Drupadi?" tanya Pak Gun kepada bapak sambil memandangku.

"Iya, sudah gadis ya? kamu sudah terlalu lama tidak bertamu berarti" sahut bapak sambil tertawa terkekeh.

Aku hanya membalas perbincangan selintas tadi dengan senyum, lalu berlalu ke dapur. Sampai akhirnya kedengar suara Bapak kembali memanggil.

"iya pak" jawabku seraya kembali keruang tamu.

"Ini lho, pak Gun ingin mengajak kamu ke kota. Mau mengorbitkan kamu jadi artis katanya.


STOP!

itu memori terakhir yang aku ingat. Sekitar Lima tahun lalu, sebelum akhirnya aku tiba disini.

Surga, itu kata mereka. Untukku, ini hanya suatu tempat bias. Aku tak lagi punya rasa. Yang aku tau hanya mengangkat, pura-pura merasa nikmat, lalu aku akan punya uang untuk dikirimkan pada para kerabat.

Aku ada dilantai tiga. Disini terdapat kolam besar ditengah rimbunan pohon seperti layaknya surga. Pohon-pohon itu semuanya terbuat dari Plastik tapi nyaris menyerupai asli. Bunga-bunga juga bertebaran. Lelaki berbagai macam tipe ada disini, kalian sebut bangsanya, aku rasa semua ada.

Tetapi jika lelaki-lelaki itu cenderung dari dalam negri, biasanya mereka akan memilih gadis dari Negara lain. Usbekistan sangat laris dikalangan pribumi. Sedangkan kami wanita-wanita berdarah asli nusantara, biasanya akan siap menjadi santapan para turis dari Belanda, Jerman, atau Amerika.

Bahasa Inggrisku tidak fasih. Jadi bisa bayangkan rasanya pertama kali mendapatkan "client" asing, kami masuk kedalam kamar yang mana biasanya mereka dalam kendali alkohol lalu segera meremas kami tanpa basa-basi. Tidak jarang mereka "langsung" dan menolak "berciuman" terlebih dahulu. Mereka melihat kami sebagai ladang penyakit yang sangat nikmat, jadi tetap dikunjungi namun sangat berhati-hati.

Aku juga begitu, harus sangat berhati-hati. Karena jika pelayanan kami tak memuaskan mereka. "PAPI" atau panggilan terhadap pak Gun sekarang ini tidak ragu membentak atau memukul.

*

Malam ini Rabu, salah satu malam yang aku tunggu.
Biasanya dia datang.

DIA?

Seperti biasa, salah satu pengunjung disini. Tapi seperti kataku, laki-laki seperti dia akan memilih Usbek atau Korea. padahal harga Korea disini lebih mahal, 1.9 juta. Sedangkan aku dan pribumi lain 900ribu saja.

Aku sudah berdandan secantik mungkin, berharap dia menatapku dengan dalam dan akhirnya memutuskan untuk mengangkutku keluar dari lantai 3 yang sungguh menurutku amat membosankan ini. Aku kadang kedinginan. Diwajibkan berbikini disaat outdoor sampai salah satu dari pengunjung memilihmu sebenarnya bukan ide baik.

Kami biasanya dibariskan dengan nomor yang sudah ada di dada kami. Rombongan Korea telah keluar dan tersisa tiga dari sepuluh yang ada. Stock Uzbek sudah habis dibawa naik ( bagian atas adalah hotel ) maka setelah China, giliran kami para Gadis Indonesia yang masih lengkap ber delapan.

Aku lihat dia duduk sambil menenggak alkohol bersama teman-temannya.

"INDONESIA" suara papi kembali menggema "Silahkan bisa diamati dulu. Apabila ada yang ingin melihat lebih jelas, sebut saja nomornya. Supaya pilihan kalian bisa mendekat dan dilihat lebih jelas" tambah pria tambun tionghoa itu.

"10w120" dia, DIA mengangkat tangannya. Seingatku, itu adalah nomor yang tertera didadaku. Hatiku menjerit senang, Akhirnya, aku dapat mendekatinya. Satu malam berpura-pura menjadi kekasihnya. Aku pun mendekat sampai akhirnya dia berkata setelah aku mendekat.

"Maaf, bukan. 10m121 maksudnya. nomor kalian hampir sama sih" katanya terkekeh.

Aku sering mengalami seperti itu. ditolak dalam menjalani pekerjaan yang sangat hina sekalipun. lalu kembali pada barisan, dan Wina si beruntung yang memiliki nomor dada seperti yang disebutkan maju.

Papi sempat menawarkan "Satu aja? ga mau dua sekalian? siapa tau untuk variasi?" tambahnya dengan lelucon yang menurutku sama sekali tidak lucu.

tapi itulah aku, tetap tersenyum dalam apa yang aku rasakan. Seperti keberadaan pohon dan bunga-bunga disini, PALSU...


******

Monday, March 7, 2011

MAAF


Dalam setiap kosong, ada kamu disetiap sudut.
Siap memeluk, aku yang bermata basah setiap usai bercinta dengan kalut.

Dalam setiap sunyi sekalipun, kamu adalah sosok dengan bunyi irama paling nyaring.
Berusaha agar telingaku tak hanya mampu menangkap hening.

Saat setiap raga enggan mempersilahkan sepasang matanya menangkap aku,
tidak ada seorangpun rela membinarkan pandangannya, selain kamu.

Saat alam raya mengering hingga aku harus menahan panjangnya dahaga,
lagi-lagi kamu membawakan air di kedua telapak tanganmu, dengan sederhana.

Satu-satunya alasan kenapa aku tak mampu memberikan cinta,
hanya kerena KAMU, bukan DIA...

Thursday, February 17, 2011

Kebebasan di satu titik.


Dari kaca yang tersemat didalam kotak bedak, pantulan bibir yang dipulas dengan lipstik merah merekah. Setelah dilapisi pelembab sekaligus penambah kilauan bibir, cermin itu kembali dilipat dan tersimpan rapi didalam tas kecil manik-manik.

Sudah lebih dari dua jam kedua kakinya menopang tubuh yang dibalut oleh terusan bertali merah, membentuk siluet badannya yang molek. Sesekali tangannya melambai genit pada kendaraan-kendaraan yang lewat. Hingga akhirnya terdengar suara sirene dari suatu kendaraan.

"RAZIAAAAAA, RAZIAAAAAAAA !!!!" dan keadaan berubah carut marut.

Dia pun terbirit-birit lari sambil menanggalkan kedua sepatu yang dapat menambah tinggi badan 10cm. Pikirannya terlalu panik untuk bekerja, dia hanya bisa berlari sambil menghindar dari kejaran petugas. Diselingi dengan teriakan teman-temannya yang tertangkap, dia terus mencoba mencari tempat persembunyian seraya berdoa dalam hati.

"Ya Tuhan, kalo saya masih dianggap sebagai hambamu, maka tolonglah" bisiknya.

Tidak sampai tiga puluh detik dia bergumam, sebilah suara berkata :

"Pegang tanganku, cepat naik!"

Tanpa sempat terkejut berlama-lama, dia-pun menyambut uluran tangan sosok besar sambil kembali berbisik.

"ya Tuhan, daritadi kamu ada didekat saya toh, baru ngebatin langsung dikabulin"

Lalu sosok itu kembali berkata :

"Bilang apa kamu tadi?"

"Hehehe, engga bang, itu.." jawabnya malu

"Itu itu apa?"

"Ya begitu bang, bisa diem dulu. Kalo kedengeran ada yang ngobrol, para petugas itu pasti akan menangkap kita"

"Kita?" jawab pria besar dengan rantai ditangannya.

"Anu bang, saya maksudnya. Kalo abang mah, mereka ga akan kuat ngangkat"

"Maksud kamu saya gendut?"

"Engga bang, ampun. Tapi maaf bang jangan marah, bisa diam sebentar?"

"Baiklah".

*

Lima belas menit berlalu, sekarang keadaan rasanya sudah lebih aman. Sirene petugas terdengar sudah menjauh dari lingkungan yang tadi hingar bingar.

"Mas, sepertinya dibawah sudah kosong" ujar pria yang berdiri sejak 1962.

"Mas?!??!?!?!?! ABANG TEGA!!!! Ga liat apa lipstik kita? masa bibir merah gini dipanggil MAS?"

"Ya terus?"

"Mba aja, ses juga boleh" jawabnya sambil mengerling manja pada hasil sketsa yang dibuat oleh Henk Ngantung

"Maaf mas-mas yang terlihat seperti mba-mba, bisa tolong lepaskan tanganmu dari bokong saya? Risih mas mbaknya" Sang diorama raksasa seperti salah tingkah.

"Eh, iya bang" dibantu sang Patung yang kekar besar, dia turun perlahan-lahan. "Hup" kakinya kembali menginjak tanah setelah sementara bersembunyi diatas voetstuk atau kaki patung setinggi 25 meter.

"Makasi bang" jawabnya dengan suara bariton yang seusaha mungkin berubah menjadi sopran.

"Sama-sama" Jawab patung kekar itu cool.

"Eh bang, kenapa sih abang tadi nolong saya?" waria itu bertanya genit sambil memain-mainkan rambutnya.

"GR" jawab patung itu datar

"Heee?"

"Seseorang membangunku bukan tanpa alasan, aku itu adalah simbol dari suatu kebebasan yang harus dimiliki setiap manusia. Presiden pertamamu, memerintahkan Henk Ngantung untuk membuat sketsa atas aku"

"Henk Ngantung itu siapa bang?"

"Ya ampun" patung kekar itu menepuk jidatnya. "Dia itu Gubenur Jakarta yang memiliki masa jabatan paling singkat. Cuma 1 tahun kepemimpinannya"

"Satu tahun? apa dia diberhentikan karena membuat Jakarta banjir?"

"Ah mbaknya mas, jangan bercanda. Pada masa itu penyerapan kota kita ini baik. Henk Ngantung sadar diri dengan kapasitasnya sebagai Gubenur. Karena latar belakang beliau itu seniman"

"Lah ko seniman jadi Gubenur?"

"Memang kenapa? Bukannya hal itu musim lagi di jamanmu? Artis jadi anggota dewan?"

"Iya juga ya bang"

"Maka dari itu, aku berdiri disini dengan bertanggung jawab mengabadikan pembebasan yang dapat menyatukan. Kamu itu cuma Hoki, karena tadi ada didekatku"

"wah, terima kasih bang. Apa yang bisa kulakukan untuk membalas jasamu?"

"Sampaikan pada mereka yang selalu merasa terpenjara, lihat aku!! Walaupun kedua kakiku terpaku penyangga setinggi 25 meter di lapangan Banteng sejak 1963, aku tetap dikenal sebagai "Patung pembebasan irian barat" Simbol kata MERDEKA. Karena kebebasan itu ada didalam jiwa"

*****

*****

Tuesday, February 15, 2011

Pelacur dan Sudirman


Dibawah bulan yang belum menjadi purnama, sebuah mobil sedan berwarna hitam melaju kencang. Dengan kecepatan lebih dari 60 km/jam, roda-rodanya berhenti berputar secara mendadak. Sebersit bunyi kencang yang cukup panjang mengikir telinga

Ciiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiittttttttttt...., kira-kira begitulah bunyi karet yang melapisi ban mobil jika beradu dengan aspal. Dari pintu kiri depan, seorang wanita berbaju hitam dengan rambut teramat kusut keluar paksa.

Tampak tas kecil berwarna senada dengan tank top yang dikenakannya menyusul dengan cara dilempar melalui jendela yang terbuka. Lalu kendaraan buatan Jepang itu kembali melaju. Meninggalkan gadis dengan rok mini berwarna merah sendiri di tepi jalan daerah duku atas.

Sesekali perempuan berusia kisaran dua puluh dua tahun itu mengusap kakinya yang lecet akibat bergesekan dengan aspal. Sambil meringis dia mencoba berjalan dengan terpincang-pincang hingga akhirnya tersadar, bahwa jalanan sekitarnya tak lagi ramai kendaraan umum. Ini jam setengah tiga pagi, dan perempuan itu memutuskan untuk duduk didepan Gedung BNI kawasan Duku atas. Dari dalam tasnya, wanita dengan make up yang tidak lagi membuatnya menawan mengambil sebungkus rokok menthol. Saat akan mempertemukan api pada batang rokok yang pangkalnya telah tertanam didalam bibir, sebuah suara memecah keheningan malam.

"Sedang apa kamu malam-malam disini?" suara khas lelaki tua dengan nada berat membuat sang gadis terbatuk-batuk karena asap rokok yang dihirupnya seperti tersangkut ditenggorokan. Dan saat wanita itu menengok ke arah asal muasal suara, diapun berteriak keras

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA" dan................. : pingsan.

*

Hampir tiga puluh menit sepertinya gadis bertank top hitam itu hilang kesadaran, sampai saat dia membuka mata. Sosok yang tadi membuatnya berteriak masih berdiri kokoh disana. Baru akan kembali melanjutkan aksi teriaknya, sosok besar itu langsung berkata :

"Tenang, tenang! Ambil nafas, saya tidak mungkin menyakitimu"

Sang wanita mencoba menenangkan diri sekuat hati,

"Kamu setan ya?"

"Apa?!?!?! Sembarangan. Memang perempuan jaman sekarang tidak lagi pernah membaca buku?" sahut pria berbadan tegap dengan pose menghormat.

"Tunggu" wanita itu mencoba mengingat-ingat lebih dalam "YA!! aku pernah melihat kamu. Ya, ya, YA!! jawabnya sambil mulai tersenyum.

"Ah, akhirnya. Di buku apa kamu melihat gambarku?" tanya sosok dengan tinggi 6,5 meter itu.

"Bukan dibuku"

"Lalu?"

"Difilm naga Bonar!! Aku lihat deddy mizwar menggantung padamu dan menyuruhmu berhenti menghormat!!" jawab si wanita girang karena berhasil mengkorek memorinya.

"Aaah, ya ya. Pria tua yang film-filmnya masuk FFI kan?" tanya si patung

"Dia jurinya Pak ......."

"Jendral, panggil saya Jendral" potongnya cepat.

"Iya Jendral, dia jurinya"

"Oh, pantas. Mmmm, tunggu! kembali ke pertanyaan awal saya. Sedang apa kamu dikawasan ini malam-malam perempuan muda?"

"Tadi saya diusir dari mobil pelanggan"

"Pelanggan? pelanggan apa?" tanya Jendral besar itu.

"Ya pelanggan gitu deh, males bahasnya, Pokoknya diusir" jawab gadis itu dengan cuek sambil kembali menyalakan rokoknya.

"Gara-gara apa kamu sampai diusir begitu?" tanya si patung itu serius.

"Kena gigi" jawabnya santai.

Sekarang Jendral besar seberat empat ton yang berdiri sejak 2003 itu tampak salah tingkah.

"Mmmmmm, nak....., apakah kamu...."

"Pelacur? IYA" jawab si gadis dengan santai sambil menghembuskan asap.

"Bukan begitu, tapi anu...."

"Apa sih pak anu-anu? Intinya saya ini wanita yang kotornya udah ga bisa dibersihin dengan cara mandi sejuta ribu kali. Jadi kali ini, anda bisa menurunkan tangan karena saya tidak pantas untuk dihormati." kali ini suaranya lebih terdengar pelan. Seperti ada suatu yang mengganjal ditenggorokan. Hidungnya mulai memerah, dari mata yang indah itu tiba-tiba turun gerimis.

Wanita ini terus menghisap rokoknya dengan paksa, hanya karena dia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Kedua telapak tangannya dipakai untuk menutupi wajah. Dia menunduk, tak mampu menatap dunia yang dianggapnya telah memalingkan muka. Malam itu hening, sepi, seperti hatinya yang telah dia paksa pergi.

Menit-menit yang dia paksa diam telah berlalu, sang gadis menoleh kearah Seorang jendral besar milik bangsa ini, untuk memastikan dia tidak sendiri.

"Jendral, mengapa engkau masih saja belum berhenti menghormat?" tanyanya dengan bergetar

"Aku terlahir kembali untuk menghormat pada Kalian, Negara Indonesia yang berkilau. Termasuk, engkau..."

******

ps : Photo diambil dr google. Hasil karya Rizky Ariefanto

Sunday, February 6, 2011

Dia Tidak Menunggu


Bokongku masih terlalu betah beradu dengan kursi tiga bantalan yang bersender pada tepi jendela besar. Semacam tidak ingin bergerak, kalian tau "PeWe" kan? Manusia jaman sekarang menyebut istilah itu untuk menyingkat kalimat Posisi Wenak. Ya, kira-kira itu yang sedang aku rasakan.

Tidak terlalu sendiri, aku bersyukur memiliki teman yang sangat setia menemani sejak dua tahun lalu. Bahkan saat aku meninggalkan kesadaran, dia tetap ada. Bayangkan, dimana lagi bisa menemukan teman yang begitu setia disisimu bahkan saat make up-mu luntur karena menangis?

Mari kuperkenalkan pada kalian, namanya : WAKTU.

"Kamu ingin melewatkan malam ini dengan mata terbuka lagi?" dia membuka percakapan.

"Ah, aku cuma ingin bertemu bulan" jawabku sabil menghembuskan asap dari tembakau yang terbakar.

"Alasan" jawabnya dengan tawa ketus, "kamu hanya ingin menabung air mata dengan kenangan yang dipaksa untuk bersedih" tambahnya.

"Apaan sih? Dasar ga jelas!" balasku tak kalah ketus sambil melempar pandang pada kaca besar yang menembus langit dan pemandangan. Samar-samar dari pantulannya aku lihat, kantung mataku hampir menyerupai milik pemimpin negri yang negaranya terus tertimpa bencana lalu dihardik rakyat.

"Dia tidak akan datang" katanya lagi mengganggu diamku.

"Aku tau"

"Lalu?"

"LALU??? Daripada kamu banyak bertanya, lebih baik kau bantu aku!" akhirnya emosiku naik juga.

"Bantu bagaimana?" tanyanya bingung.

"Gimana sih? kamu kan waktu, harusnya kamu bisa dong bantu aku melupakan dia. Kamu pikir aku seneng apa kaya gini terus? Menangis setiap malam sambil mendekap pigura, sedangkan orang didalam foto ini mungkin sedang asik bercinta dengan kekasih barunya?!?" kutembaki dia dengan pertanyaan-pertanyaan yang sudah aku kandung selama ini. Seperti melahirkan prematur rasanya, karena semua seperti tidak cukup. Tabung ini masih terlalu luas untuk diroketkan.

Dia hanya diam, melihatku dengan pandangan kosong. mataku yang dihiasi air mata tidak lagi dia indahkan. Kulihat dia bergerak, dan aku mulai panik.

"Mau kemana?!?"

"Aku tidak menunggu, kamu mau disini sampai kapan?" dan waktu pun berlalu...


*******

Tuesday, January 25, 2011

Serdadu kata untuk Sang Dewi



Dalam suatu petaka, kamu adalah rasa takut yang paling kusuka.

Tiada kasih yang tak lepas, bahkan dalam kisah yang kandas.
Semua rasa yang pernah kucipta, kutiupkan dengan ikhlas.

Mungkin hatiku, tempat bersandar yang terlupa.
Semoga kamu tau.
Meski telah lewat, masa lalu itu ada.

Jika berkenan kau buka telinga, ada kata yang ingin kusampaikan.
Bahwa daripada kata perpisahan, yang lebih menyakitkan adalah kenyataan,
bahwa ak tak lagi diperjuangkan.

Sempat tak lagi kulihat bintang diangkasa.
Karena semenjak kamu tak ada, aku buta.
Sempat tak kudengar gemercik air bernyanyi, saat suaramu tak ada lagi.

Tanpa kamu, pelangi hanyalah lengkungan hitam putih..

Hari ini aku sadar, tidak ada lagi kemarin.
Saat ini aku percaya, tak akan mampu seorang aku, melihat angin.

Ini aku, dengan semua pesan yang tertahan, saat kau putuskan untuk pergi.
Jika kamu telah menjadi masa lalu, perkenankan aku, menjadi seorang pelupa...


******

Tulisan ini sepenuhnya terinspirasi dari konser Swara sang Dewi.
Terima kasih untuk seorang Titi Dj yang tidak hanya berkarya untuk dirinya, tetapi juga untuk seluruh pencinta seni disekitarnya...

Monday, January 17, 2011

Sang Pencipta


Emas menjadi pelapis pilar-pilar yang menjulang pada para bangunan di tempat itu, segalanya megah.
Pepohonan mejalar rapi serta sarat warna-warni bunga yang cantik. Belum lagi beraneka macam buah ranum menggantung sedang menggoda untuk dipetik.
Udara sekitar sangat sejuk menyentuh kulit, sayup-sayup terdengar suara dari binatang-binatang bersayap yang berterbangan. Mengepak indah sambil bernyanyi lagu riang.

Mahluk-mahluk hilir mudik dengan wajah penuh senyuman. Tubuh mereka bersinar, bukan hal yang perlu diherankan sebenarnya. Mereka tercipta dari cahaya, membuat rupa para mahluk itu rupawan bukan kepalang. Tidak ada yang pernah tau jenis kelamin pasti mereka, namun semua hidup rukun dan damai. Jauh dari pertikaian, karena semua seragam dan disamakan oleh NYA, Sang Pencipta.

Dalam sebuah bangunan berwarna gading, seorang diantara mereka sedang duduk bersila.
Matanya terpejam berusaha menangkap sinyal yang hanya bisa teraba oleh rasa.
Tubuhnya bersinar seperti yang lainnya, namun sang Creator tampaknya meluangkan waktu lebih banyak saat menciptanya. Kuratan di wajahnya sedikit berbeda dari kaum setempat.

Dapat dikatakan, dialah mahluk tercantik disana. Sesekali dahinya mengernyit, berusaha mencapai tingkat kepekaan tertinggi sehingga dia mulai merasakan titik terang, bahkan lebih terang dari kulit tubuhnya sendiri.

Sebuah bisikan datang, tidak seorangpun yang dapat mendengar kecuali telinga nya sendiri.
Cahaya itu semakin terang dan membutakan matanya....., PUTIH.
Sepertinya Sang pencipta kali ini menambah keistimewaan pada mahluk dengan tubuh semampai yang sedang mendapati dirinya ber aktualisasi.
Sebongkah sinar putih menyelusup ke dalam kepalanya. Kini dia resmi berbeda, The creator menurunkan salah satu kehebatannya, BERKEHENDAK.

Sejak hari itu, mahluk tercantik pun mulai melahirkan banyak pertanyaan dari rahim kepalanya.
Merasa bosan dengan tempatnya berpijak, Kota Emas. Semua dirasa menjemukan, dan terkekang oleh kediktatoran Sang Pencipta.
Mereka hanya dicipta untuk melakukan kebaikan, kerukunan, dan kebahagiaan. Dirinya bergejolak untuk bergerak. Dia yakin, ditangannya....dia dapat membuat kota itu menjadi lebih berwarna, lebih hidup dan berdinamika.
Sehingga kini dia memulai dosanya yang pertama....MEMBANGKANG.

Dengan wajahnya yang rupawan, dia dapat membisikan sebagian para pemujanya untuk bergerak dan memberontak. Segala strategi pun telah tersusun rapi, kini di siap membusung dan bergerak menuju satu ambisi. Menjadi penguasa kota Emas.

Ditengah pepohan rimbun berdaun hijau, mahluk kesayangan Sang Pencipta ini pun memimpin rapat, dimana mereka akan menyerang saat angin sedang bergerak ke selatan. Disaat itulah kebencian dapat ditiupkan.
Tapi satu hal yang dia lupakan, adalah siapa musuh yang dia hadapi : Sang Pencipta.

Perang besar terjadi, meruntuhkan sebagian bangunan-bangunan gading berhias emas yang seragam. Udara tidak lagi sejuk, kedamaian mulai bersembunyi di bilik emosi. Cemas beranak pinak di setiap mahluk di kota itu.

Senyum kini tersungging di bibirnya, dia pun mulai merasa....kemenangan tinggal selangkah di depan mata. Dengan cemas, maka para mahluk d kota itu akan berlindung padanya. Hingga the last battle pun terjadi, dirinya kini berhadapan dengan pemimpin para mahluk kota Emas yang tidak bisa ia anggap remeh.

"Mana Tuanmu?" tanya pemberontak itu dengan congkak. Dia berdiri 4 meter didepan para pasukannya.
Dan pemimpin kota itu pun maju sendiri dengan dada yang membusung " Bahkan jangan pernah terlintas di pikiranmu walau sekejab kalau kamu pantas disejajarkan dengan NYA!".

"HAHAHAHAHA" tawanya menggema, "Aku puja kesetiaanmu pada NYA Michael!! Akupun bisa memahami, kalian tidak memiliki apa yang aku punya. Harusnya kalian marah pada NYA, LIHAT!! DIA sudah bertindak tidak adil, dia mewariskan padaku salah satu sifat istimewanya. Tapi kalian??? Lihat diri kalian yang hanya dapat ditakdirkan melakukan sesuatu tanpa pilihan, MENYEDIHKAN!!"

"BELIAU memberimu keistimewaan dengan alasan NYA sendiri. Dan itu adalah mutlak hak NYA, kami tidak bertanya, karena kami rasa kami juga belum pantas untuk tau. Pengetahuan kami begitu kecil dibawah kaki NYA yang besar. Tapi kami yakin, DIA maha tau lagi maha bijaksana. Sekiranya BELIAU menjawab, belum tentu kami rasa pengetahuan kami mampu untuk memahaminya. Dan mohon kiranya kamu untuk tau, bila ada kata "MENYEDIHKAN" maka yang paling pantas menyandangnya adalah ENGKAU!"

"JAHANAM KAU MICHAEL!!!" pemberontak itu kini terbang menyerang pemimpin kota Emas yang dikenal dengan nama Michael itu. Tubuh mereka beradu, kilatan cahaya bergesekan....membuat suasana Kota Emas saat itu megerikan. Tidak ada kedamaian, hanya teriakan dan pekikan.

Cahaya terang yang menyilaukan coba dihembuskan untuk menyerang kedua mata pemimpin kota, namun Michael mampu melompat lincah untuk menghindar. Kali ini pemberontak ini semakin marah....tubuhnya mulai meradang merah. Ini adalah jalan untuk menuju kuasa, dan dia harus melewatinya. Dan dia terus menyerang sang pemimpin dari berbagai penjuru, dan ini semua diluar prediksinya. Michael terlalu kuat untuk menjadi lawannya, sehingga dia memutuskan untuk mengambil jarak sementara...

"Aku sepertinya sedikit meremehkanmu di awal" katanya dengan nafas terengah.

"HAHAHA, jangan pernah berpikir kamulah satu-satunya mahluk yang diberikan wahyu dan rahmat."

SIAL!! hatinya mengutuk, dia seharusnya berpikir lebih panjang. Bukan hal yang tidak mungkin the creator menurunkan salah satu sifatnya pula pada pemimpin tempat ini. Salah satunya KEKUATAN. Pemberontak itu tau, Michael bukanlah tandingannya dalam hal ini. Kekuatannya jauh lebih besar dari kekukatan yang bersarang pada dirinya. Namun di tengah kelengahannya, Michael melompat dan merangkup tubuhnya, mengangkat, lalu membantingnya ke permukaan. Kini sang pemberontak mulai lemah, dan kaki MICHAEL telah berada di permukaan tubuhnya...siap menikam dengan pedang emas yang serupa dengan 2 lilitan yang mematikan.

Namun Sang Pencipta memberikan perintah, agar MICHAEL menahan apa yang sebenarnya ingin dia lalukan, mengkorek habis pemberontak tercantik yang seharusnya bersyukur. Akhirnya pemimpin para malaikat itu kini menghempaskan tubuh mantan mahluk tercantik kota Emas yang biasa terlafaz dengan kata "SURGA".

Tubuh lemasnya pun terlempar jauh dari surga dengan amarah yang belum padam. Dimana dia mendarat terasing dalam suatu tempat baru. Dia bersumpah, akan mengumpulkan massa sebanyak-banyaknya serta mulai membangun kota baru dengan api emosi yang teus membakar jiwanya.

Dari Kota Emas, Michael hanya menatap dengan sorot mata jauh ke bawah. Jauh didasar dirinya, dia amat menyesali, apa yang telah dilakukan saudaranya. Tapi sekali lagi dia harus yakin, ini perintah NYA. Dia hanya cukup yakin dan percaya kalau Sang creator pasti mempunyai rencana lain, Dia maha tau.....lagi maha bijaksana. Lalu Pemimpin para malaikat itu hanya bergumam.....

" Sampai berjumpa, LUCIFER "





Judul lukisan diatas adalah " Michael Expelling Lucifer And The Rebellious Angels From Heaven "

NB : Gambar diatas adalah salah satu lukisan di Museum LOUVRE, Paris.

Soal cerita, ini sebagian fiksi dan tanpa menyinggung suatu kaum tertentu. Hanya cerita dari pendongeng berotak semut yang lagi suka sama cerita2 mitologi trs nyambung2in pake teori sendiri. Just 4 have fun yaaa :) Kamsiaaaa.....